ASET
TIDAK BERWUJUD
rohmafrida@gmail.com
A. Karakteristik Aset
Berdasarkan PSAK 19 revisi 2009, aset
dapat dikategorikan sebagai aset tidak berwujud apabila memenuhi beberapa
kriteria antara lain.
a. Keteridentifikasian:
aset non-moneter yang dapat di identifikasi tanpa wujud fisik, dapat
dipisahkan/dibedakan, atau timbul dari kontrak atau hak legal lainnya.
b. Pengendalian:
mampu memperoleh manfaat ekonomis masa depan, dan dapat membatasi akses pihak
lain dalam memperoleh manfaat ekonomis tersebut.
c. Manfaat
ekonomis masa depan: mencakup Pendapatan dari penjualan barang atau jasa, Penghematan
biaya, atau manfaat lain dari penggunaan aset tersebut.
Selain itu, Kieso et al. (2011: 620) Aset tak berwujud
memiliki tiga kriteria utama yaitu dapat diidentifikasi, kurang memiliki
eksistensi fisik (aset tidak berwujud memperoleh nilai dari hak dan
keistimewaan yang diberikan perusahaan untuk menggunakannya) dan bukan
merupakan instrument keuangan.
B.
Pengakuan
dan Pengukuran
Dalam mengakui suatu item sebagai
aset tidak berwujud, entitas perlu menunjukkan bahwa item tersebut memenuhi
definisi aset tidak berwujud dan memenuhi kriteria pengakuan. Terdapat kriteria
dalam pengakuan, sebagaimana dalam PSAK 19 revisi 2009, antara lain kemungkinan
besar entitas akan memperoleh manfaat ekonomis masa depan, biaya perolehan aset
tersebut dapat diukur secara andal, dalam menilai kemungkinan aset tidak
berwujud menggunakan asumsi masuk akal dan dapat dipertanggungjawabkan serta estimasi
terbaik manajemen, pengeluaran yang tidak memenuhi kriteria pengakuan diakui
sebagai beban selain itu aset tidak berwujud pada awalnya harus diakui sebesar
biaya perolehan.
Dari segi penilaian awal aset tidak
berwujud dijelaskan dalam Kieso et al.
(2011: 621-623) terdapat dua langkah yaitu:
1. Aset
tidak berwujud yang dibeli, maka dicacat berdasarkan biaya hingga aset tersebut
siap digunakan, jika diperoleh dengan saham maka biaya dialokasikan berdasarkan
nilai wajar.
2. Aset
tidak berwujud yang dibuat secara internal, maka hanya biaya internal yang
dikapitalisasi yang merupakan biaya langsung yang dikeluarkan dalam memperoleh aset
tak berwujud. Biaya yang terjadi secara internal untuk menciptakan aset tak
berwujud dibebankan pada saat biaya itu dikeluarkan, seperti riset dan
pengembangan yang substansial untuk menciptakan aset tidak berwujud.
Secara lebih rinci juga dipaparkan
dalam PSAK 19 revisi 2009 Aset tidak berwujud dapat diperoleh antara lain
melalui:
1. Perolehan
terpisah, yaitu biaya perolehan merupakan harga beli dan segala biaya yang
dapat dikaitkan secara langsung.
2. Akusisi
sebagian bagian dari kombinasi bisnis, yang dinilai berdasarkan nilai wajar
pada tanggal akuisisi.
3. Akuisisi
dengan hibah pemerintah, diakui pada nilai wajar atau pada nilai nominalnya
atau berdasarkan nilai nominal ditambah biaya pengeluaran lainnya hingga aset
siap untuk digunakan.
4. Pertukaran
aset, dicatat dengan nilai wajar namun jika aset yang diperoleh tidak di ukur
dengan nilai wajar, maka biaya perolehannya diukur sesuai dengan jumlah
tercatat aset yang dilepaskan.
5. Goodwill yang dihasilkan internal. Goodwill yang dihasilkan secara
internal tidak boleh diakui sebagai aset karena goodwill tersebut bukan merupakan suatu sumber daya
teridentifikasi (tidak dapat dipisahkan dan tidak timbul dari kontrak atau hak
legal) yang dikendalikan oleh entitas dan bisa diukur secara andal menurut
biaya perolehannya.
6. Aset
tidak berwujud yang dihasilkan internal, entitas menggolongkan proses dihasilkannya aset
menjadi dua tahap yaitu Tahap Riset diakui sebagai beban pada saat
terjadi dan
Tahap Pengembangan dapat dikapitalisasi
sebagai aset tidak berwujud sebesar biaya perolehan jika kriteria pengakuan
terpenuhi dan aset baru hasil pengembangan siap digunakan.
C.
Pengukuran setelah Pengakuan
Berdasarkan PSAK 19 revisi 2009 terdapat dua metode yang dapat digunakan
untuk pengkuran setelah pengakuan:
1. Model biaya
Setelah pengakuan awal,
suatu aset tidak berwujud harus dinilai pada biaya perolehanya dikurangi oleh akumulasi
penyusutan dan akumulasi kerugian atas penurunan nilai.
2. Model
revaluasi
Setelah pengakuan awal
dapat dinilai
atas nilai revaluasinya untuk tujuan revaluasi, nilai wajar harus ditentukan
dengan menggunakan referensi dari sebuah pasar aktif. Revaluasi harus dilakukan
secara rutin pada tiap akhir periode pelaporan sehingga jumlah tercatat aset
tidak memiliki perbedaan yang material dengan nilai wajarnya.
D.
Masa
Manfaat
Pengukuran setelah
pengakuan awal aset tak berwujud didasarkan pada usia manfaatnya. Banyak faktor
yang dipertimbangkan dalam menentukan masa manfaat aset tidak berwujud, sebagai
mana diatur dalam PSAK 19 revisi 2009. Berkaitan dengan penentuan masa manfaat
tersebut, aset tidak berwujud dibagi menjadi dua bagian.
1.
Aset tidak berwujud dengan masa
manfaat terbatas, dalam jangka waktu atau jumlah produksi selama masa manfaat
tertentu sehingga harus diamortisasi. Dalam PSAK 19 Revisi 2009 Terdapat
ketentuan lain yaitu dimulai ketika aset tersedia untuk
digunakan, dihentikan pada waktu yang lebih dulu antara ketika aset digolongkan
sebagai tersedia untuk dijual atau tanggal ketika aset dihentikan pengakuannya.
Metode amortisasi harus menggambarkan pola konsumsi atas manfaat aset. Nilai
residu direview setiap akhir periode, Perubahan nilai residu diperhitungkan
sebagai perubahan estimasi akuntansi, dalam
Selain itu dijelaskan dalam Kieso et al (2011:621) bahwa aset tidak
berwujud dapat mempunyai umur terbatas, sehingga perusahaan mengamortisasi aset
tidak berwujud yang mempunyai umur terbatas dengan memperhatian: diamortisasi dengan biaya
sistematis untuk biaya selama masa manfaat, aset kredit akun
atau akumulasi amortisasi,
masa manfaat harus mencerminkan periode dimana aset
akan memberikan kontribusi untuk arus
kas, IFRS mengharuskan perusahaan
untuk menilai nilai residu dan
masa manfaat aset tidak berwujud setidaknya setiap tahun.
Beban
Amortisasi xxx
Aset
/Akumulasi Amortisasi xxx
|
2. Aset tidak berwujud dengan
masa manfaat tidak terbatas, dijelaskan
dalam PSAK 19 revisi 2009.yaitu berdasarkan analisis dari seluruh faktor
relevan tidak ada batas yang terlihat pada saat ini atas periode yang mana aset
diharapkan menghasilkan arus kas neto bagi entitas, sehingga tidak
diamortisasi. Selain itu terdapat faktor yang perlu diperhatikan impairment
test dilakukan setiap tahun atau apabila ada indikasi penurunan nilai, masa
manfaat ditelaah setiap akhir periode, masa manfaat tidak terbatas bisa berubah
menjadi terbatas
Selain itu dijelaskan dalam Kieso et al. (2011:622) bahwa terdapat
kriteria dari aset tidak berwujud yang mempunyai umur manfaat tidak terbatas
yaitu tidak ada
batas yang
dapat diperkirakan dalam periode waktu di mana aset tersebut dapat memberikan
arus kas, tidak
terdapat amortisasi,
harus menguji aset tidak berwujud
yang memiliki manfaat tidak terbatas untuk menilai kemungkinan penurunan
nilai setidaknya
setiap tahun.
E.
Jenis
dari aset tidak berwujud:
Kieso
et al.(2011:623) menjelaskan bahwa terdapat
berbagai jenis aset tidak berwujud, yang sering kali dikelompokkan menjadi enam
kategori besar antara lain:
1. Aset
tidak berwujud yang berhubungan dengan pemasaran
Kieso et al
(2011:623-624) menjelasskan Aset tidak berwujud terkait pada pemasaran untuk
produk atau jasa, adalah seperti nama dagang dan merek dagang. Hak untuk
menggunakan nama dagang dan merek dagang menurut Common Low, secara eksklusif berada
pada pengguna awal selama mereka terus menggunakannya. Pendaftaran terhadap
pada Kantor Paten dan Merek Dagang memberikan perlindungan hukum untuk
pembaharuan kembali yang tak terbatas dalam masing-masing periode selama 10
tahun. Sehingga perusahaan yang menggunakan suatu merek dagang atau nama dagang
yang telah ditetapkan dapat mengakui menganggapnya memiliki umur yang tidak
terbatas
2. Aset
tidak berwujud yang berhubungan dengan pelanggan
Aset tidak berwujud terkait pelanggan dihasilkan
dari hubungan perusahaan dengan pihak luar. Dalam hal ini termasuk aset tidak
berwujud dengan masa manfaat tidak terbatas. Perusahaan harus mengasumsikan
nilai sisa sebesar nol kecuali jika umur manfaat aset lebih pendek dari pada
umur ekonomisnya. Dalam kieso (2011 : 624-625)
Contoh:
Biaya 6.000.000
Nilai
sisa
(60.000)
Dasar
Amortisasi
5.940.000
*amortisasi
garis lurus dengan masa manfaat 3 tahun : (5.940.000/3 =1.980.000)
|
1
januari 2015
|
Daftar pelanggan
6.000.000
kas 6.000.000
(Pembelian
daftar pelanggan)
|
31
desember 2015, 2016, 2017
|
Bebab
Amortisasi 1.980.000
Daftar pelanggan atau akumulasi
amortisasi daftar pelanggan
1.980.000
(Amortisasi)
|
3. Aset
tidak berwujud yang berhubungan dengan seni
Kieso et al
(2011 : 625) menjelaskan, aset tidak berwujud yang berhubungan dengan seni,
terdapat hak cipa melindungi hak kepemilikan ini. Hak cipta diberikan selama
umur penciptanya ditambah 70 tahun. Biaya untuk memperoleh dan mempertahankan
suatu hak cipta dapat dikapitalisasi. Secara umum masa manfaat hak cipta lebih
pendek dari umur hukumnya, namun kesulitan menemukan jumlah tahun yang akan
menerima manfaat mendorong perusahaan menghapus biaya selama periode waktu yang
cukup pendek.
4. Aset
tidak berwujud yang berhubungan dengan kontrak
Kieso el al
(2011: 625-626) menjelaskan, bentuk umum dari sset tidak berwujud yang
berhubungan dengan kontrak adalah waralaba (franchise)
yaitu lisensi, ijin bangunan, hak siaran dan kontrak jasa atu pasokan, yang keseluruhan merupakan hak yang
timbul dari perjanjian kontrak. Waralaba berlangsung selama masa periode waktu
tertentu. Pencatatan sebagai aset tidak berwujud hanya jika terdapat biaya yang
diidentifikasi pada akuisisi hak pengoperasian. Biaya waralaba dengan umur
terbatas harus dimortisasi selama umur waralaba. Kecuali jika umur tidak
terbatas tidak diperlukan amortisasi tetapi dicatat pada biaya. Pembayaran
tahunan sesuai kontrak harus dicatat sebagai beban operasi periode berjalan
karena tidak berhubungan dengan hak masam mendatang.
5. Aset
tidak berwujud yang berhubungan dengan teknologi
Kieso et al
(2011: 626) menjelaskan, aset tidak berwujud yang berhubungan dengan teknologi berkaitan erat dengan invosi dan perkembangan
teknologi, seperti halnya paten. Terdapat dua jenis paten yaitu paten proses
dan paten produk, hak paten diberikan selama periode 20 tahun dan dicatat
sebesar biaya perolehan namun tidak termasuk biaya penelitian dan pengembangan
karena kedua biaya tersebut harus dibebankan pada periode terjadinya. Biaya
paten diamortisasi selama umur hukum atau umur manfaatnya, mana yang lebih
pendek, namun sangat memungkinkan adanya modifikasi yang yang dapat
menghasilkan paten baru. Perusahaan membebankan biaya hukum dan biaya lainnya
yang dikeluarkan untuk mempertahankan tuntutan paten sebagai biaya perolehan
paten. Beban amortisasi harus mencerminkan pola penggunaan paten. Jika paten
menjadi tidak berharga karena permintaan dan produksi menurun maka aset harus
segera dihapuskan pada akun beban.
1
januari 2015
|
Paten 6.000.000
kas 6.000.000
(Biaya hukum
atas paten)
|
31
desember 2015
|
Bebab
Amortisasi Paten
1.980.000
Paten atau akumulasi
amortisasi Paten
1.980.000
(Amortisasi paten)
|
6. Goodwill
Goodwill
adalah sisa: kelebihan biaya atas nilai wajar aset bersih yang dapat
diidentifikasi yang diakuisisi, sehingga goodwill hanya dapat diidentifikasi pada
bisnis secara keseluruhan, salah satu cara untuk menjual goodwill adalah dengan
menjual usaha. Dalam penggabungan usaha biaya dibebankan jika memungkinkan pada
aset tidak berwujud dan aset berwujud bersih yang dapat diidentifikasi, sisanya
dicatat dalam akun aset tidak berwujud yang disebut goodwiil. Kieso et al
(2011: 629)
Pencatatan
Goodwill
- Goodwill yang diciptakan secara internal
Kieso
et al (20111:629) menjelaskan, goodwill
yang dihasilkan secara internal tidak boleh dikapitalisasi dalam akun, karena
pengukuran komponen goodwill terlalu kompleks dan menghubungkan biaya untuk
manfaat kedepan sangat sulit.
- Goodwill yang dibeli
Kieso
et al (2011: 629-632) menjelaskan, goodwill
hanya dicatat jika keseluruhan perusahaan dibeli, karena goodwill merupakan
suatu penilaian “going concern” dan
tidak dapat dipisahkan dari perusahaan secara keseluruhan. Biaya goodwill
diukur dengan perbedaan antara biaya kelompok aset perusahaan yang diakuisisi
dan jumlah biaya yang dibebankan dari setiap aset berwujud dan aset tidak
berwujud yang dapat diidentifikasi yang diakuisisi dikurangi kewajiban yang
ditanggung, prosedur penilaian ini disebut sebagai pendekatan penilaian induk.
Fair Value
Kas 205.000
Piutang 18.000
Persediaan 122.000
Supplies 35.000
Paten 25.000
Kewajiban (55.000)
FV yang dapat diidentifikasi 350.000
Harga beli 400.000
Nilai dibebankan pada goodwill 50.000
|
Jurnal:
Kas
205.000
Piutang 18.000
Persediaan 122.000
Supplies 35.000
Paten 25.000
Goodwill 50.000
Kewajiban 55.000
Kas 400.000
|
- Penghapusan Goodwil
Terkait
penghapusan goodwill, Kieso et al
(2011:632-632) menjelaskan, perusahaan yang mengakui goodwill dalam sebuah
penggabungan usaha menganggap goodwill mempunyai umur manfaat yang tidak
terbatas dan oleh karenanya tidak boleh mengamortisasi. Hal ini karena beban
amortisasi goodwill tidak banyak berguna dalam evaluasi kinerja keuangan dan
untuk memprediksi umur aktual goodwill serta pola amortisasi yang tepat
bukanlah hal yang mudah. Sehingga perusahaan hanya menyesuaikan nilai
tercatatnya ketika goodwill mengalami penurunan nilai walaupun tidak melakukan
amortisasi goodwill, hal ini mencukupi dan dapat memberikan informasi keuangan
yang sangat berguna bagi komunitas invertasi.
Bargaining
Purchase
atau Pembelian Bersaing
Kieso et al (2011:632) menjelaskan, bargaining purchase muncul Ketika nilai
wajar pasar aset bersih yang diperoleh lebih tinggi dari pada harga beli aset
yang bersangkutan. Sehingga timbul kredit atau goodwill negatif, badwill atau
pembelian bersaing. IASB mencatat bahwa Perusahaan mengakui kelebihan sisa
sebagai keuntungan luar biasa, sehingga membantu pengguna laporan keuangan
untuk melakukan evaluasi yang lebih baik atas laporan pendapatan yang diperoleh
Penurunan Nilai Aset Tidak berwujud
Kieso et al (2011:632-633)
memaparkan, dalam beberapa waktu memungkinkan jumlah tercatat pada aset tidak
dapat dipulihkan. oleh karena itu perusahaan perlu menghapusnya. Secara
spesifik prosedur pencatatan untuk penurnan nilai aset berdasakan pada
penurunan nilai aset dengan masa manfaat terbatas atau penurunan nilai aset dengan
masa manfaat tidak terbatas.
1.
Penurunan nilai aset tidak berwujud dengan
masa manfaat terbatas
Penurunan nilai aset terjadi apabila nilai buku aset
tidak dapat dipulihkan. Dalam menelaah pengujian kemampuan pemulihan,
perusahaan dapat mengestimasi arus kas masa depan yang diharapkan, jika jumlah
arus kas bersih yang diharapkan di masa depan (belum didiskontokan) lebih
rendah dari nilai buku aset, maka kerugian penurunan nilai akan diukur dan
diakui. Kemudian pengujian nilai wajar digunakan oleh perusahaan untuk mengukur
kerugian penurunan nilai dengan membandingkan nilai wajar aset dengan nilai
bukunya. Kerugian penurunan nilai adalah jumlah nilai buku aset kurang dari
nilai wajar aset yang menurun nilainya, dan dilaporkan sebagai laba operasi yang berlangsung
terus-menerus.
Nilai tercatat
paten
60.000.000
Nilai wajar (based on
value-in-use) 20.000.000
Kerugian atas
penurunan nilai
40.000.000
|
Kerugian atas penurunan nilai 40.000.000
Paten
40.000.000
|
Standar IFRS jika terjadi perubahan kondisi pada
periode berikutnya mana diperlukan penyajian kembali atas peningkatan nilai
paten, dengan mencatat selisih atas kenaikan, debit nilai paten dan kredit
kerugian atas penurunan nilai.
2. Penurunan
nilai aset tidak berwujud dengan masa manfaat tidak terbatas selain Goodwill
Perusahaan menguji penurunan nilai aset tidak
berwujud termasuk goodwill minimal setiap tahun. Pengujian nilai aset tidak
berwujud dengan masa manfaat tidak terbatas selain goodwill sama dengan
pengujian nilai aset tidak berwujud dengan masa manfaat terbatas yaitu
pengujian nilai wajar, dalam Kieso et al
(2011:634).
Nilai tercatat
lisensi
60.000.000
Nilai wajar (based on
fair value less cost to sell)
20.000.000
Kerugian atas
penurunan nilai 40.000.000
|
3. Penurunan
Goodwill
Terdapat dua tahap
dalam pengujian penurunan goodwill dalam Kieso et al (2011:634)yaitu:
1. Perusahaan
harus membandingkan nilai wajar unit yang dilaporkan terhadap jumlah tercatat,
termasuk goodwill. Jika nilai wajar unit yang dilaporkan melebihi jumlah
tercatat, maka tidak ada penurunan nilai goodwill yang diakui.
2. Jika
nilai wajar lebih kecil dari jumlah tercatat maka aset bersih maka penentuan
penurunan nilai yang mungkin terjadi. Sehingga harus menetapkan nilai wajar
goodwill dan membandingkan dengan jumlah tercatat, kemudian membandingkan nilai
goodwill yang tercatat untuk menetapkan penurunan nilainya.
Diketahui
: nilai wajar 19.000.000 ; nilai aktiva bersih 24.000.000 ; nilai goodwill
9.000.000
Maka:
(1)
Nilai wajar
19.000.000
Aktiva bersih yang diidentifikasi (tidak
termasuk goodwill) 15.000.000
*24.000.000-9.000.000 = 15.000.000
Nilai Goodwill yang diimplikasikan 4.000.000
(2)
Nilai tercatat Goodwill
9.000.000
Nilai Goodwill yang
diimplikasikan
4.000.000
Kerugian penurunan nilai 5.000.000
|
F.
Biaya
Penelitian Dan Pengembangan
Dijelaskan pada PSAK 19 Revisi 2009 termasuk dalam Kieso
et al (2011: 635-637) termasuk dalam,
bahwa biaya penelitian dan pengembangan dengan sendirinya bukan sebagai aset
tidak berwujud, sehingga semua biaya penelitian dan pengembangan harus
dibebankan ke beban pada saat terjadinya. Selain itu juga dijalaskan dalam PSAK
19 Revisi 2009, bahwa tahap
Pengembangan dapat dikapitalisasi sebagai aset tidak berwujud sebesar biaya
perolehan jika kriteria pengakuan terpenuhi dan aset baru hasil pengembangan
siap digunakan.
Akuntansi
untuk aktivitas penelitian dan pengembangan:
Kieso et al (2011: 637) menjelaskan perlakuan
akuntansi terhadap biaya adalah sebagai berikut:
1. Bahan,
peralatan dan fasilitas: keseluruhan dicatat sebagai beban, kecuali jika pos
memiliki manfaat di masa depan (dalam proyek pengembangan lain) dapat dicatat
sebagai persediaan dan dikapitalisasi atau disusutkan ketika digunakan.
2. Personil
(gaji, upah dan biaya terkait personil) dibebankan ketika terjadi.
3. Aset
tidak berwujud yang dibeli: keseluruhan dicatat sebagai beban, kecuali jika pos
memiliki manfaat di masa depan (dalam proyek pengembangan lain) dapat dicatat
sebagai persediaan dan dikapitalisasi atau disusutkan ketika digunakan.
4. Jasa
kontrak: dibebankan ketika terjadi
5. Biaya
tidak langsung: dibebankan ketika terjadi.
Biaya lain yang
serupa dengan biaya penelitian dan pengembangan:
Kieso et al (2011: 638-640) menjelaskan
perlakuan akuntansi terhadap biaya adalah sebagai berikut:
1. Biaya
Start-Up: biaya dikeluarkan sekali untuk memulai operasi baru dan dibebankan
ketika terjadi.
2. Kerugian
operasi awal: dibebankan ketika terjadi
3. Biaya
iklan: dibebankan ketika terjadi atau dibebankan ketika pertama kali iklan dimuat.
4. Biaya
perangkat lunak komputer: Secara umum biaya untuk pengembangan situs web
tidak dapat diakui sebagai aset tidak berwujud.
Biaya perangkat lunak secara rinci diatu dalam ISAK 14, namun pada prinsip umum ISAK 14
dipaparkan bahwa biaya untuk pengembangan web site dapat diakui
sebagai aset tidak berwujud apabila memenuhi persyaratan pengakuan pengembangan
yang disyaratkan PSAK 19 (revisi 2009) mengenai aset tidak berwujud terutama mengenai kemampuan menghasilkan manfaat
ekonomi di masa depan
G. Penyajian
Aset tidak Berwujud
Kieso et al
(2011: 640-642) memaparkan terkait penyajian aset tidak berwujud dan pos lain
yang berhubungan:
a.
Laporan
Posisi Keuangan: semua aset tidak berwujud selain goodwill dilaporkan secara
terpisah, dan goodwill harus diungkapkan sebagai pos terpisah. Hal ini karena
goodwill dan aset tidak berwujud lainnya sangat berbeda dengan jenis aset lain.
b.
Laporan Laba
Rugi: pelaporan atas beban amortisasi dan kerugian penurunan nilai aset tidak
berwujud sebagai bagian dari operasi berjalan. Kerugian penurunan goodwill
dilaporkan terpisah, kecuali jika operasi sudah tidak berjalan.
c.
Catatan pada
laporan keuangan: harus meliputi informasi mengenai aset tidak berwujud yang
diakuisisi, beban amortisasi keseluruhan, perubahan jumlah catatan goodwill selama
periode berjalan.
Daftar
Pustaka
Kieso, Donald E.; Jerry J. Weigent; and Terry D.
Warfield, Intermediate Accounting
IFRS Edition, Vol.1. 2011. New York: John Willey & Sons, Inc.
Martani.
Dwi.”PSAK 19 Intangible
Assets – IAS 38”. slide-psak.
(Diakses : Sabtu 12 Maret 2016, Pukul 10.45)
Pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan, PSAK19 Revisi 2009 “Aset Tidak Berwujud”
Pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan, PSAK 22 Revisi 2010 “Kombinasi Bisnis”
Sangat bermanfaat guys aktiva tidak berwujud
BalasHapus