MENYELESAIKAN
PENGUJIAN DALAM SIKLUS PENJUALAN DAN PENAGIHAN:
PIUTANG
USAHA
rohmafrida@gmail.com
Metodologi
Untuk Merancang Pengujian Atas Rincian Saldo
Ø Metodologi
untuk merancang pengujian atas rincian saldo piutang, berhubungan dengan kertas
kerja perencanaan bukti untuk tujuan materialitas dan risiko, pengujian
pengendalian substantive atas transaksi serta pengujian atas rincian saldo.
Ø Dalam
merancang pengujian atas rincian saldo untuk piutang, harus memenuhi delapan
tujuan audit yang berkaitan dengan saldo yang secara khusus untuk piutang
disebut sebagai tujuan audit yang berkaitan dengan saldo piutang usaha disebut
sebagai tujuan audit berkaitan saldo piutang usaha. Delapan tujuan audit tersebut
antara lain 1). detal tie-in, 2). keberadaan, 3). kelengkapan, 4). keakuratan, 5).
klasifikasi, 6). pisah batas, 7). nilai realisasi daan 8). hak.
Ø Metodologi
penting karena secara keseluruhan untuk merancang pengujian atas rincian saldo
akun terkait dalam hal ini adalah piutang usaha. Berikut adalah metodologi
untuk merancang pengujian atas rincian saldo.
1. Mengidentifikasi
risiko bisnis klien yang mempengaruhi piutang usaha (tahap 1): dilakukan dengan
mempelajari industri bisnis klien dan lingkungan eksternal karena dapat
berdampak pada risiko bisnis klien.
2. Menetapkan
salah saji yang dapat ditoransi (tahap 1): auditor memutuskan tingkat
materialitas laporan keuangan secara keseluruhan, kemudian mengalokasikan
jumlah petimbangan (akun piutang usaha) atau penetapan salah saji yang dapat ditoleransi.
Ketika menilai risiko inhern auditor mengidentifikasi secara formal risiko
kecurangan tertentu menyangkut ppengakuan pendapatan.
3. Menilai
risiko pengendalian untuk siklus penjualan dan penagihan (tahap 1):
pengendalian internal sangat penting dalam menentukan risiko audit, terdapat
tiga hal yang perlu diperhatian oleh auditor terkait aspek pengendalian
internal yaitu pengendalian yang mencegah atau mendeteksi penggelapan,
pengendalian terhadap pisah batas, pengendaliab yang terkait dengan penyisihan
piutang tak tertagih. Risiko pengedalian berkait transaksi dan saldo harus
memiliki keterkaitan dan berhubungan untuk memutuskan risiko deteksi.
4. Merancang
dan melaksanakan pengujian pengendalian dan pengujian substantive atas
transaksi (tahap 2): hasil pengujian substantive atas transaksi digunakan untuk
menentukkan tingkat risiko deteksi yang direncanakan akan dipenuhi bagi setiap
tujuan audit berkait saldo piutang.
5. Merancang
dan melaksanakan prosedur analistis (tahap3): prosedur analistis seringkali dilakukan
selama tiga tahap audit. 1) Perencanaan mengenai perencanaa prosedur analitis
dan prosedur substantive ketika melakukan pengajuan. 2) Pengujian terinci yaitu
tahap pengujian dilakukan secara rinci dan tepat, mengidentifikasi jumlah
piutang yang tidak biasa dan kemungkinan salah saji termasuk dampak yang
tersaji dalam laporan keuangan. 3) Penyelesaian audit,jika telah selesai
dilaksanakan kesimpulan auditor mengenai prosedur analisis substantive untuk
penjualan dan penagihan dicantumkan dalam kertas kerja perencanaan bukti.
6. Merancang
dan melaksanakan pengujian atas rincian saldo piutang usaha
Merancang
Pengujian Atas Rincian Saldo Siklus Penjualan dan Penagihan
Ø Dalam
pengujuan atas rincian saldo tidak hanya terfokus pada akun neraca tetapi juga
harus mempertimbangankan laba rugi yang terdapat saling keterkaitan.
Ø Prosedur
audit yang dipilih dan sampelnya untuk merancang pengujian atas rincian saldo
piutang usaha sangat tergantung pada bukti yang direncanakan untuk setiap
pengujian. Hal yang perlu diperhatikan dalam merancang pengujian atas rincian
saldo piutang usaha antara lain:
1. Piutang
usaha ditambahkan dengan benar dan sama dengan file induk serta buku besar
umum.
2. Piutang
usaha yang dicatat memang ada : konfirmasi saldo pelanggan merupakan hal penting
untuk menentukan eksistensi piutang yang dicatat.
3. Piutang
yang ada telah dicantumkan : mengidentifikasi piutang usaha pada neraca saldo
atau memfooting neraca saldo piutang usaha dan merekonsiliasi saldonya dengan
akun pengendalian pada buku besar umum.
4. Piutang
usaha sudah akurat: dapat dilakukan dengan konfirmasi ataupun memeriksa dokumen
pendukung
5. Piutang
usaha diklasifikasikan dengan benar : memastikan bahwa klien telah memisahkan
dengan benar klasifikasi piutang usaha yang berbeda.
6. Pisah
batas piutang usaha sudah benar : memverifikasi bahwa transaksi yang mendekati
akhir periode akuntansi telah dicatat pada periode yang tepat, terdapat 3 jenis
pisah batas yang penting untuk di verifikasi terkait dengan akun piutang usaha
yaitu pisah batas penjualan, pisah batas retur dan pengurangan penjualan, pisah
batas penerimaan kas.
7. Piutang
usaha dinyatan pada nilai realisasi : PABU mengharuskan perusahaan menyatakan
piutang usaha pada jumlah yang akhirnya akan tertagih. Perubahan saldo
penyisihan piutang tak tertagih harus merefleksikan perubahan kondisi
perekonomian dan volume penjualan.
8. Klien
memiliki hak atas piutang usaha : namun dalam berbagai kondisi piutang usaha
sudah menjadi jaminan, dibebankan pada orang lain dan sebagainya. Maka dalam
kondisi tersebut auditor dapat melakukan review notulen rapat, konfirmasi bank,
kontrak utang menyangkut piutang yang dijaminkan dan memeriksa file
korespondensi.
9. Penyajian
dan pengungkapan piutang usaha, bagian penting yang ada didalamnya yaitu
evaluasi memutuskan klien memiliki jumlah terpisah yang material dan memerlukan
pengungkapan terpisah dalam laporan keuangan.
Konfirmasi
Piutang Usaha
Ø Konfirmasi
piutang usaha memiliki tujuan penting untuk memenuhi tujuan eksistensi,
keakuratan serta pisah batas.
Ø Terdapat
pengecualian terhadap keharusan penggunaan konfirmasi yaitu piutang usaha tidak
material, auditor mempertimbangkan konfirmasi bukti tidak efektif karena
tingkat responsnya kemungkinan tidak akan memadai atau tidak dapat diandalkan
dan gabungan tingkat risiko inhern dan risiko pengendalian rendah dan bukti
substantive lainnya dapat diakumulasi untuk menyediakan bukti yang mencukupi.
Ø Jika
auditor memutuskan tidak menggunakan konfirmasi piutang usaha, justifkasi untuk
melakukan hal tersebut harus didokumentasikan dalam file audit.
Ø Terdapat
jenis konfirmasi yang digunakan, yaitu:
1. Konfirmasi
positif : meminta klien mengkonfirmasi secara langsung mengenai jumlah
saldoyang tertera pada permintaan konfirmasi itu benar atau salah.
2. Formulir
konfirmasi yang kosong : tidak menyatakan jumlah pada konfirmasi, tetapi
meminta klien mengisi saldo atau melengkapi informasi lainnya.
3. Konfirmasi
faktur : melakukan konfirmasi berdasarkan faktur, bukan terhadap piutang usaha
secara keseluruhan.
4. Konfirmasi
negatif : ditujukan kepada debitor tetapi haya meminta respon jika debitor
tidak setuju dengan jumlah yang dinyatakan.
Ø Konfirmasi
yang dipilih auditor bervariasi seesuai dengan situasi yang terjadi. Factor
utama yang mempengaruhi keputusan audior adalah materialitas total piutang,
risiko pengendalian, risiko inheren, kefeketifan konfirmasi sebagai bukti dan
ketersediaan bukti audit lainnya.
Ø Penetapan
waktu : konfirmasi piutang pada tanggal interim, memerikas dokumen internal
terkait.
Keputusan
Sampling
Ø Keputusan
sampling : factor utama yang mempengaruhi ukuran sampel untuk konfirmasi
piutang mencakul hal berikut yaitu salah saji yang dapat ditoleransi, risiko
inhern, risiko pengendalian, risiko deteksi yang dapat dicapai, jenis
konfirmasi.
Ø Menyelenggarakan
pengendalian atas konfirmasi sangat penting hingga dikembalikan pada klien.
Ø Menindaklanjuti
nonrespon yaitu konfirmasi yang yang dikirimkan tetapi tidak dikembalikan oleh
pelanggan tidak boleh dianggap sebagai bukti audit signifikan. Selain itu dapat
dilakukan prosedur alternative jika pelanggan tidak juga mengembalikan
konfirmasi.
Ø Untuk
setiap konfirmasi positif yang tidak dikembalikan auditor dapat memeriksa
dokumentasi untuk verifikasi eksistensi dan keakuratan setiap transaksi
penjualan yang membentuk transaksi usaha yaitu:
1. Penerimaan
kas selanjutnya
2. Salinan
faktur penjualan: verifikasi penerbitan faktur, penjualan aktual dan tanggal
penagihan aktual.
3. Dokumen
pengiriman: pengiriman benar dilakukan dan sebagai pengujian pisah batas
4. Korespondensi
dengan klien: digunakan untuk mengungkapkan piutang yang diperselisihnkan dan
yang meragukan dan tidak terungkat oleh cara lainnya.
5. Pembayaran
telah dilakukan: perlu diselidiki karena kemungkinan adanya pisah batas.
6. Biaya
yang telah dikembalikan
7. Kesalahan
klerikal dan jumlah yang masih dirperdebatkan
Ø Kesimpulan
akhir mengenai piutang usaha dan penjualan adalah apakah bukti mencukupi telah
diperoleh melalui pengujian pengendalian dan pengujian substatif atas tra,
konfirmasi dan nsaksi, prosedur analitis, pisah batas, konfimasi dan pengujian
substantive lainnya untuk melakukan justifikasi atas kebenaran saldo.
Mengembangkan
Pengujian Program Audit yang terinci:
Ø Merancang
prosedur audit untuk mengaudit piutang usaha dengan menggunakan kertas kerja
perencanaan bukti sebagai pedoman
Ø Program
audit yang terinci untuk piutang usaha, berdasarkan tujuan dan penyesuaian
piutang tak tertagih.
Ø Program
audit merefleksikan kesimpulan menyangkut bukti audit yang direncanakan pada
kertas kerja perencanaan.
Referensi :
Arens,
Alvin A. Elder, Randal J. Beasley. Mark S. Auditing
and Assurance Services; An Integrated
Approach, Edisi 15, Pearson Education Limited 2014.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar