Senin, 11 April 2016

MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PENJUALAN DAN PENAGIHAN: PIUTANG USAHA



MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PENJUALAN DAN PENAGIHAN:
PIUTANG USAHA
rohmafrida@gmail.com

Metodologi Untuk Merancang Pengujian Atas Rincian Saldo
Ø  Metodologi untuk merancang pengujian atas rincian saldo piutang, berhubungan dengan kertas kerja perencanaan bukti untuk tujuan materialitas dan risiko, pengujian pengendalian substantive atas transaksi serta pengujian atas rincian saldo.
Ø  Dalam merancang pengujian atas rincian saldo untuk piutang, harus memenuhi delapan tujuan audit yang berkaitan dengan saldo yang secara khusus untuk piutang disebut sebagai tujuan audit yang berkaitan dengan saldo piutang usaha disebut sebagai tujuan audit berkaitan saldo piutang usaha. Delapan tujuan audit tersebut antara lain 1). detal tie-in, 2). keberadaan, 3). kelengkapan, 4). keakuratan, 5). klasifikasi, 6). pisah batas, 7). nilai realisasi daan 8). hak.
Ø  Metodologi penting karena secara keseluruhan untuk merancang pengujian atas rincian saldo akun terkait dalam hal ini adalah piutang usaha. Berikut adalah metodologi untuk merancang pengujian atas rincian saldo.
1.      Mengidentifikasi risiko bisnis klien yang mempengaruhi piutang usaha (tahap 1): dilakukan dengan mempelajari industri bisnis klien dan lingkungan eksternal karena dapat berdampak pada risiko bisnis klien.
2.      Menetapkan salah saji yang dapat ditoransi (tahap 1): auditor memutuskan tingkat materialitas laporan keuangan secara keseluruhan, kemudian mengalokasikan jumlah petimbangan (akun piutang usaha) atau penetapan salah saji yang dapat ditoleransi. Ketika menilai risiko inhern auditor mengidentifikasi secara formal risiko kecurangan tertentu menyangkut ppengakuan pendapatan.
3.      Menilai risiko pengendalian untuk siklus penjualan dan penagihan (tahap 1): pengendalian internal sangat penting dalam menentukan risiko audit, terdapat tiga hal yang perlu diperhatian oleh auditor terkait aspek pengendalian internal yaitu pengendalian yang mencegah atau mendeteksi penggelapan, pengendalian terhadap pisah batas, pengendaliab yang terkait dengan penyisihan piutang tak tertagih. Risiko pengedalian berkait transaksi dan saldo harus memiliki keterkaitan dan berhubungan untuk memutuskan risiko deteksi.
4.      Merancang dan melaksanakan pengujian pengendalian dan pengujian substantive atas transaksi (tahap 2): hasil pengujian substantive atas transaksi digunakan untuk menentukkan tingkat risiko deteksi yang direncanakan akan dipenuhi bagi setiap tujuan audit berkait saldo piutang.
5.      Merancang dan melaksanakan prosedur analistis (tahap3): prosedur analistis seringkali dilakukan selama tiga tahap audit. 1) Perencanaan mengenai perencanaa prosedur analitis dan prosedur substantive ketika melakukan pengajuan. 2) Pengujian terinci yaitu tahap pengujian dilakukan secara rinci dan tepat, mengidentifikasi jumlah piutang yang tidak biasa dan kemungkinan salah saji termasuk dampak yang tersaji dalam laporan keuangan. 3) Penyelesaian audit,jika telah selesai dilaksanakan kesimpulan auditor mengenai prosedur analisis substantive untuk penjualan dan penagihan dicantumkan dalam kertas kerja perencanaan bukti.
6.      Merancang dan melaksanakan pengujian atas rincian saldo piutang usaha
Merancang Pengujian Atas Rincian Saldo Siklus Penjualan dan Penagihan
Ø  Dalam pengujuan atas rincian saldo tidak hanya terfokus pada akun neraca tetapi juga harus mempertimbangankan laba rugi yang terdapat saling keterkaitan.
Ø  Prosedur audit yang dipilih dan sampelnya untuk merancang pengujian atas rincian saldo piutang usaha sangat tergantung pada bukti yang direncanakan untuk setiap pengujian. Hal yang perlu diperhatikan dalam merancang pengujian atas rincian saldo piutang usaha antara lain:
1.      Piutang usaha ditambahkan dengan benar dan sama dengan file induk serta buku besar umum.
2.      Piutang usaha yang dicatat memang ada : konfirmasi saldo pelanggan merupakan hal penting untuk menentukan eksistensi piutang yang dicatat.
3.      Piutang yang ada telah dicantumkan : mengidentifikasi piutang usaha pada neraca saldo atau memfooting neraca saldo piutang usaha dan merekonsiliasi saldonya dengan akun pengendalian pada buku besar umum.
4.      Piutang usaha sudah akurat: dapat dilakukan dengan konfirmasi ataupun memeriksa dokumen pendukung
5.      Piutang usaha diklasifikasikan dengan benar : memastikan bahwa klien telah memisahkan dengan benar klasifikasi piutang usaha yang berbeda.
6.      Pisah batas piutang usaha sudah benar : memverifikasi bahwa transaksi yang mendekati akhir periode akuntansi telah dicatat pada periode yang tepat, terdapat 3 jenis pisah batas yang penting untuk di verifikasi terkait dengan akun piutang usaha yaitu pisah batas penjualan, pisah batas retur dan pengurangan penjualan, pisah batas penerimaan kas.
7.      Piutang usaha dinyatan pada nilai realisasi : PABU mengharuskan perusahaan menyatakan piutang usaha pada jumlah yang akhirnya akan tertagih. Perubahan saldo penyisihan piutang tak tertagih harus merefleksikan perubahan kondisi perekonomian dan volume penjualan.
8.      Klien memiliki hak atas piutang usaha : namun dalam berbagai kondisi piutang usaha sudah menjadi jaminan, dibebankan pada orang lain dan sebagainya. Maka dalam kondisi tersebut auditor dapat melakukan review notulen rapat, konfirmasi bank, kontrak utang menyangkut piutang yang dijaminkan dan memeriksa file korespondensi.
9.      Penyajian dan pengungkapan piutang usaha, bagian penting yang ada didalamnya yaitu evaluasi memutuskan klien memiliki jumlah terpisah yang material dan memerlukan pengungkapan terpisah dalam laporan keuangan.
Konfirmasi Piutang Usaha
Ø  Konfirmasi piutang usaha memiliki tujuan penting untuk memenuhi tujuan eksistensi, keakuratan serta pisah batas.
Ø  Terdapat pengecualian terhadap keharusan penggunaan konfirmasi yaitu piutang usaha tidak material, auditor mempertimbangkan konfirmasi bukti tidak efektif karena tingkat responsnya kemungkinan tidak akan memadai atau tidak dapat diandalkan dan gabungan tingkat risiko inhern dan risiko pengendalian rendah dan bukti substantive lainnya dapat diakumulasi untuk menyediakan bukti yang mencukupi.
Ø  Jika auditor memutuskan tidak menggunakan konfirmasi piutang usaha, justifkasi untuk melakukan hal tersebut harus didokumentasikan dalam file audit.
Ø  Terdapat jenis konfirmasi yang digunakan, yaitu:
1.      Konfirmasi positif : meminta klien mengkonfirmasi secara langsung mengenai jumlah saldoyang tertera pada permintaan konfirmasi itu benar atau salah.
2.      Formulir konfirmasi yang kosong : tidak menyatakan jumlah pada konfirmasi, tetapi meminta klien mengisi saldo atau melengkapi informasi lainnya.
3.      Konfirmasi faktur : melakukan konfirmasi berdasarkan faktur, bukan terhadap piutang usaha secara keseluruhan.
4.      Konfirmasi negatif : ditujukan kepada debitor tetapi haya meminta respon jika debitor tidak setuju dengan jumlah yang dinyatakan.
Ø  Konfirmasi yang dipilih auditor bervariasi seesuai dengan situasi yang terjadi. Factor utama yang mempengaruhi keputusan audior adalah materialitas total piutang, risiko pengendalian, risiko inheren, kefeketifan konfirmasi sebagai bukti dan ketersediaan bukti audit lainnya.
Ø  Penetapan waktu : konfirmasi piutang pada tanggal interim, memerikas dokumen internal terkait.
Keputusan Sampling
Ø  Keputusan sampling : factor utama yang mempengaruhi ukuran sampel untuk konfirmasi piutang mencakul hal berikut yaitu salah saji yang dapat ditoleransi, risiko inhern, risiko pengendalian, risiko deteksi yang dapat dicapai, jenis konfirmasi.
Ø  Menyelenggarakan pengendalian atas konfirmasi sangat penting hingga dikembalikan pada klien.
Ø  Menindaklanjuti nonrespon yaitu konfirmasi yang yang dikirimkan tetapi tidak dikembalikan oleh pelanggan tidak boleh dianggap sebagai bukti audit signifikan. Selain itu dapat dilakukan prosedur alternative jika pelanggan tidak juga mengembalikan konfirmasi.
Ø  Untuk setiap konfirmasi positif yang tidak dikembalikan auditor dapat memeriksa dokumentasi untuk verifikasi eksistensi dan keakuratan setiap transaksi penjualan yang membentuk transaksi usaha yaitu:
1.      Penerimaan kas selanjutnya
2.      Salinan faktur penjualan: verifikasi penerbitan faktur, penjualan aktual dan tanggal penagihan aktual.
3.      Dokumen pengiriman: pengiriman benar dilakukan dan sebagai pengujian pisah batas
4.     Korespondensi dengan klien: digunakan untuk mengungkapkan piutang yang diperselisihnkan dan yang meragukan dan tidak terungkat oleh cara lainnya.
5.      Pembayaran telah dilakukan: perlu diselidiki karena kemungkinan adanya pisah batas.
6.      Biaya yang telah dikembalikan
7.      Kesalahan klerikal dan jumlah yang masih dirperdebatkan
Ø  Kesimpulan akhir mengenai piutang usaha dan penjualan adalah apakah bukti mencukupi telah diperoleh melalui pengujian pengendalian dan pengujian substatif atas tra, konfirmasi dan nsaksi, prosedur analitis, pisah batas, konfimasi dan pengujian substantive lainnya untuk melakukan justifikasi atas kebenaran saldo.
Mengembangkan Pengujian Program Audit yang terinci:
Ø  Merancang prosedur audit untuk mengaudit piutang usaha dengan menggunakan kertas kerja perencanaan bukti sebagai pedoman
Ø  Program audit yang terinci untuk piutang usaha, berdasarkan tujuan dan penyesuaian piutang tak tertagih.
Ø  Program audit merefleksikan kesimpulan menyangkut bukti audit yang direncanakan pada kertas kerja perencanaan.


Referensi :
Arens, Alvin A. Elder, Randal J. Beasley. Mark S. Auditing and Assurance Services; An Integrated Approach, Edisi 15, Pearson Education Limited 2014.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar