PERSPEKTIF PROSES BISNIS INTERNAL DAN
PERSPEKTIF PEMBELAJARAN
Untuk
perspektif proses bisnis internal, manajer mengidentifikasi proses yang paling
penting untuk mencapai tujuan pelanggan dan pemegang saham. Perusahaan
mengembangkan tujuan dan pengukuran mereka untuk perspektif ini setelah
merumuskan tujuan dan pengukuran untuk perspektif keuangan dan pelanggan.
Urutan ini memungkinkan perusahaan agar fokus tentang proses bisnis internal
mereka pada proses yang akan menyampaikan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan kepada
pelanggan dan pemegang saham
Sebagian
besar sistem pengukuran kinerja perusahaan fokus pada peningkatan proses
operasional saat ini. Untuk balanced
scorecard, direkomendasikan kepada para manajer untuk mendefinisikan rantai
nilai proses bisnis internal, dimulai dengan proses inovasi – mengidentifikasi
kebutuhan pelanggan saat ini dan yang akan datang, dan mengembangkan solusi
baru untuk kebutuhan tersebut – diteruskan melalui proses operasi – mengirimkan
produk dan jasa ke pelanggan yang sudah ada – dan berakhir dengan jasa pasca
penjualan – menawarkan jasa setelah penjualan yang menambahkan nilai pada
pelanggan yang diterima dari penawaran produk dan jasa perusahaan.
Proses
menyampaikan tujuan dan pengukuran untuk perspektif proses bisnis internal
menggambarkan salah satu perbedaan paling tajam antara balanced scorecard dan sistem pengukuran kinerja tradisional.
Sistem pengukuran kinerja tradisional fokus pada pengendalian dan peningkatan
pusat pertanggaungjawaban dan departemen. Keterbatasan apabila mengandalkan
pengukuran keuangan dan laporan variansi bulanan untuk mengendalikan setiap
departemen tentu saja sudah banyak diketahui. Bagi
sebagian besar perusahaan saat ini, memiliki
pengukuran ganda untuk lintas fungsi dan proses bisnis yang terintegrasi
mencerminkan peningkatan yang signifikan terhadap sistem pengukuran kinerja
saat ini.
Pekerjaan
berikutnya terkait dengan perusahaan yang berinovasi, menyadarkan kita semua
akan keterbatasan pada sistem pengukuran kinerja yang sudah canggih. Kami
percaya bahwa menggunakan pengukuran keuangan dan non keuangan untuk proses
bisnis saat ini tidak akan mengarahkan perusahaan untuk membuat peningkatan
utama pada kinerja ekonomi mereka. Hanya saja pengukuran kinerja yang besar
pada proses saat ini atau bahkan proses rekayasa ulang dapat menggerakkan
peningkatan lokal, tapi tidak menghasilkan tujuan yang membingungkan untuk
pelanggan dan pemegang saham.
Pada
balanced scorecard, tujuan dan pengukuran untuk perspektif proses bisnis
internal berasal dari strategi eksplisit untuk memenuhi harapan pemegang saham
dan konsumen yang menjadi sasaran. Rangkaian ini, proses top-down biasanya akan mengungkapkan proses bisnis yang sama sekali
baru dimana organisasi harus unggul. Pengalaman Rockwater
menyediakan dua contoh yang jelas tentang mengapa proses bisnis baru mungkin
dibutuhkan jika perusahaan ingin mencapai tujuan keuangan dan pelanggan.
Mengingat kembali dari chapter 3, Rockwater terganggu oleh siklus penutupan
yang lama di akhir proyek konstruksi. Beberapa pelanggan menunda pembayaran
akhirnya lebih dari 100 hari, dan mengarah pada piutang yang tinggi dan
rendahnya pengembalian modal (ROCE). Para eksekutif Rockwater menetapkan salah
satu tujuan keuangan mereka, adalah untuk mengurangi lamanya siklus penutupan,
sehingga ROCE dapat meningkat. Dalam membangun scorecard untuk Rockwater,
manajer menghubungkan tujuan keuangan tersevut dengan proses bisnis internal
untuk mengumpulkan pembayaran proyek akhir lebih cepat. Sebuah analisis
sederhana akan mengarahkan perhatian pada proses piutang yang ada dan berusaha
untuk mengidentifikasi masalah dalam proses, yang menyebabkan periode
pengumpulan 110 hari. Tapi akar penyebab periode pengumpulan 110 hari tidak
ditemukan pada departemen piutang. Tidak ada peningkatan kualitas atau rekayasa
ulang proses piutang yang dapat mengurangi siklus penutupan yang lama.
Pelanggan menunda membayarkan tagihan merea bukan karena mereka tidak peduli
terhadap faktur atau karena mereka perlu diingatkan lagi dan membujuk bagian
klerikan piutang untuk membayar tagihan mereka. Pelanggan tidak membayara tepat
waktu karena dari sudut pandang mereka, proyek belum diselesaikan dengan
sukses.
Salah
satu cara yang telah dikomunikasikan pelanggan dengan perusahaan mengenai
perbedaan definisi mereka tentang penyelesaian proyek adalah dengan menahan
pembayaran akhir sampai pekerjaan tambahan diselesaikan sehingga kedua pihak
sepakat bahwa proyek benar-benar selesai. Solusi
untuk lamanya siklus penutupan Rockwater tidak terletak pada pelatihan
tambahan, pendidikan, atau bahkan teknologi pada departemen piutang. Solusinya
harus berasal dari peningkatan komunikasi antara manajer proyek Rockwater dan
perwakilan pelanggan. Komunikasi seperti itu akan mengungkapkan, jauh lebih
awal, mengenai perhatian pelanggan mengenai pekerjaan yang sudah dilaksanakan
dan perkembangan proyek. Idealnya, jika komunikasi terjadi secara terus menerus
di seluruh proyek, dengan tetap menjaga kepuasan pelanggan di setiap tahapnya,
maka pembayaran akhir seharusnya dapat dilakukan tepat waktu. Sehingga
Rockwater mengidentifikasi, sebagai suatu proses bisnis internal baru secara
menyeluruh, bahwa manajer proyek seharusnya selalu menjalin komunikasi dengan
pelanggan tentang perkembangan dan penyelesaian proyek yang diharapkan, dan
meminta pelanggan untuk membayar tepat waktu di setiap tahapan yang sudah
dijadwalkan, khususnya pembayaran akhir atas penyelesaian proyek. Proses
konstruksi menekankan bahwa para insinyur proyek perlu untuk fokus pada
kesuskesan komersial proyek, bukan hanya tentang kesuksesan teknis. Proses
internal baru ini ditujukan bagi manajer dan insinyur proyek yang berasal dari
tujuan keuangan untuk meningkatkan ROCE.
Sehingga,
proses menghubungkan tujuan proses bisnis internal dengan tujuan keuangan dan
pelanggan menjadikan para eksekutif Rockwater lebih memperhatikan dua proses
internal bisnis baru yang harus dikuasai :
1.
Mengatur hubungan proyek yang sudah ada,
untuk memfasilitasi siklus penutupan lebih cepat
2. Mengantisipasi
dan memengaruhi permintaan pelanggan di masa depan.
RANTAI
NILAI PROSES BISNIS INTERNAL
Setiap bisnis memiliki seperangkat proses yang unik untuk menciptakan nilai bagi pelanggan dan menghasilkan
keuangan. Kami telah menemukan, bagaimanapun juga, bahwa secara
umum model rantai
nilai menyediakan pola yang mana perusahaan dapat menyiapkankan perubahan pada perspektif proses bisnis intenal mereka. Model ini meliputi tiga proses bisnis utama:
§ Inovasi
§ Operasi
§ layanan purna jual
Dalam proses inovasi, unit bisnis meneliti kebutuhan
yang muncul atau terpendam dari
pelanggan, dan kemudian menciptakan produk atau jasa yang akan memenuhi
kebutuhan tersebut. Proses operasi yang secara umum
merupakan langkah kedua dalam
rantai nilai internal, terkait produk dan jasa yang ada diproduksi dan dikirim ke pelanggan. Proses ini menurut
sejarahnya digunakan sebagai fokus
dalam
sistem pengukuran kinerja, pada sebagian besar organisasi keunggulan operasional dan
pengurangan biaya dalam proses manufaktur dan pelayanan jasa masih menjadi tujuan penting.
Langkah utama yang ketiga dalam rantai nilai internal adalah layanan kepada
pelanggan setelah penjualan produk atau jasa. Beberapa perusahaan memiliki strategi secara
eksplisit untuk menawarkan keunggulan
atas layanan purna jual. Misalnya, perusahaan yang menjual peralatan canggih
atau sistem mungkin menawarkan program pelatihan bagi karyawan pelanggan untuk
membantu mereka menggunakan peralatan atau sistem yang lebih efektif dan
efisien. Mereka mungkin juga menawarkan respon yang cepat terhadap kegagalan
aktual atau kesanggupan jika terjadi kerusakan dan downtime.
Proses Inovasi
Beberapa perumusan nilai tambah dari unit bisnis memperlakukan
riset dan pengembangan sebagai proses pendukungan, bukan unsur utama dalam proses penciptaan
nilai. Bahkan, dalam tulisan awal kami pada Balanced Scorecard, kami juga memisahkan
proses inovasi dari perspektif proses bisnis internal.
Meskipun kita bekerja dalam perusahaan, tetapi kita menyadari pentingnya inovasi dalam
proses internal. Proses inovasi pada
banyak perusahaan menjadi efektif,
efisien, dan tepat waktu bahkan lebih penting, dari rantai nilai internal tradisional
yang hanya fokus pada keunggulan
proses operasi sehari-hari. Pentingnya siklus inovasi selama operasi ini terutama untuk
perusahaan dengan siklus desain dan pengembangan yang panjang, seperti farmasi, bahan kimia pertanian,
software, dan elektronik berteknologi tinggi. Setelah produk pada
perusahaan-perusahaan ini mencapai
tahap manufaktur/produksi, margin kotor operasi mungkin cukup tinggi. Peluang untuk pengurangan biaya
yang cukup besar juga mungkin terbatas. Sebagian besar biaya terjadi selama tahap
penelitian dan pengembangan. Pentingnya proses inovasi
mendorong kami untuk memodifikasi "geografi"
dari Balanced Scorecard sehingga proses inovasi dapat diakui
sebagai bagian dari perspektif proses
bisnis internal
secara utuh.
Pemikiran proses inovasi merupakan suatu bagian
panjang dari penciptaan nilai, perusahaan pertama kali
harus mengidentifikasi dan memelihara
pasar baru, pelanggan baru, kebutuhan yang muncul dan tidak
muncul dari pelanggan yang sudah
ada. Kemudian, berlanjut di bagian panjang penciptaan nilai dan pertumbuhan, perusahaan mendesain dan mengembangkan produk dan jasa baru yang memungkinkan mereka untuk mencapai pasar
dan pelanggan baru, dan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan yang
baru teriidentifikasi. Sebaliknya,
proses operasi merupakan bagian
pendek dari penciptaan nilai, yang mana perusahaan memberikan produk dan layanan yang ada untuk
pelanggan yang sudah ada.
Proses inovasi terdiri dari dua komponen. Pada bagian
pertama, manajer melakukan riset pasar untuk mengidentifikasi ukuran pasar,
sifat preferensi pelanggan (yang lebih disukai oleh pelanggan), dan harga untuk produk atau jasa yang ditargetkan.
Sebagaian organisasi menyebarkan
proses internal mereka untuk memenuhi kebutuhan pelanggan yang spesifik,
memiliki akurasi, informasi yang valid pada ukuran pasar dan preferensi
pelanggan menjadi bagian penting untuk memberikan tampil terbaik. Selain survei pelanggan yang
ada dan pelanggan yang potensial, segmen ini juga dapat mencakup tentang
perkiraan peluang dan pasar
yang baru untuk produk dan
jasa
yang bisa disediakan oleh perusahaan.
1.
Apa manfaat menyusunun nilai pelanggan pada
produk yang akan diciptakan nantinya?
2.
Bagaimana
kekuatan kita dengan melalui inovasi bisa mendahului pesaing dalam mengirimkan manfaat tersebut ke pasar? "
Informasi tentang pasar dan pelanggan sebenarnya
menyediakan input bagi proses perencanaan dan pengembangan produk atau jasa. Langkah kedua dalam proses inovasi. langkah ini, terkait
riset dan pengembangan kelompok organisasi:
§ melakukan penelitian dasar untuk mengembangkan secara
radikal produk dan jasa
yang baru untuk memberikan
nilai kepada pelanggan,
§ melakukan penelitian terapan dengan
memanfaatkan teknologi yang ada untuk generasi
selanjutnya dari produk dan jasa
dan
§ membuat upaya pengembangan yang difokuskan untuk membawa produk dan jasa yang
baru tersebut ke pasar.
Beberapa
dekade yang lalu, sistem
pengukuran kinerja organisasi dirancang untuk fokus pada proses produksi dan
operasional, tidak pada penelitian dan pengembangan. Hal
secara rasional dinilai paling utama
karena perusahaan
jauh lebih banyak menghabiskan uang pada proses produksi dari pada proses penelitian dan
pengembangan, dan kunci keberhasilan produksi adalah pembuatan efisien produk bervolume tinggi (produk dalam jumlah
besar). Hari ini, bagaimanapun
juga, banyak organisasi memperoleh
keunggulan kompetitif dari aliran produk dan jasa yang inovatif sehingga proses R&D telah menjadi elemen yang lebih
penting dalam
rantai nilai bisnis. Keberhasilan
proses ini harus dimotivasi dan dievaluasi dengan tujuan dan pengukuran tertentu.
Beberapa bisnis menghabiskan lebih banyak uang
dalam penelitian, desain, dan proses pembangunan mereka
dari pada
yang mereka lakukan untuk mendukung proses produksi dan operasi. Misalnya,
salah satu pemasok komponen automotif pernah menemukan bahwa 10% dari biaya
adalah untuk
aktifitas desain dan pengembangan, sedangkan dalam produksi biaya tenaga kerja langsung yang hanya 9% dari nilai
biaya yang ada. Namun, tenaga kerja langsung dikontrol secara ketat dengan
biaya standar dan sistem ekstensif analisis varians, sedangkan kelompok
desain dan pengembangan hampir tidak
memiliki pemantauan sistem keuangan terhadap tingkat pengeluaran atau pengukuran outputnya. Banyak sistem pengukuran kinerja perusahaan tetap pada efisiensi operasional dari pada efektivitas dan efisiensi proses penelitian dan
pengembangan.
Jadi indikator keberhasilan pertama dari proses
pengembangan produk ini mungkin tidak muncul selama tiga tahun (tahun pertama
setelah tahun awal penjualan). Siklus waktu pada proses manufaktur diukur dalam interval mulai dari menit atau
lebih dari beberapa hari untuk dapat
dilakukan suatu tindakan sebagai penggunaan
standar, hasil, dan untuk evaluasi dan kontrol berbagai pengukuran
produktivitas. Tapi kesulitan dalam mengukur konversi
input ke output dalam R & D seharusnya tidak mencegah organisasi dalam
menentukan tujuan secara spesifik dan melakukan pengukuran untuk proses organisasi yang penting ini
bagi sebuah organisasi. Perusahaan seharusnya tidak jatuh ke dalam perangkap bahwa
"jika kamu tidak mengukur apa yang kamu inginkan, apa yang ingin
kamu ukur".
TINDAKAN UNTUK PENELITIAN
DASAR DAN TERAPAN
Advanced micro devices,
produsen semikonduktor terkemuka, bersaing dalam suatu industri dengan
perubahan teknologi yang sangat cepat. dan difokuskan dengan banyaknya tindakan
balanced scorecard pada proses inovasi. diantara langkah-langkah itu yang
digunakan adalah:
1. persentase penjualan dari produk
baru
2. persentase penjualan dari produk
proprietary
3. pengenalan produk baru versus pesaing;
juga pengenalan produk baru versus rencana
4. kemampuan proses manufaktur (kepadatan
chip yang dapat diproduksi pada wafer silikon)
5. waktu untuk mengembangkan generasi
berikutnya dari produk
Analog
devices, juga bisnis semikonduktor, menggunakan ukuran return R&D: rasio
laba operasi sebelum pajak selama lima tahun periode untuk total biaya
pembangunan. metrik ini dapat diukur secara agregat untuk semua produk baru
yang telah diperkenalkan, serta diterapkan secara produk-produk sampingan.
Digunakan, sebagai ukuran kinerja, rasio laba operasi untuk sinyal biaya
pengembangan untuk merancang dan pembangunan mesin bahwa tujuan dari kegiatan
R&D tidak hanya canggih secara teknis dan perangkat yang inovatif, tetapi
perangkat yang memiliki potensi pasar yang akan lebih dari membayar biaya
pengembangan mereka.
TINDAKAN UNTUK
PENGEMBANGAN PRODUK
Meskipun
ketidakpastian yang melekat dalam berbagai kegiatan pengembangan produk, pola
yang konsisten dapat ditemukan dan dapat dimanfaatkan dalam proses pengukuran.
misalnya, pengembangan produk farmasi berjalan melalui sebuah proses yang
berurutan, dimulai dengan skrining sejumlah besar senyawa. kemudian menyelidiki
secara lebih rinci, bergerak dari laboratorium untuk pengujian hewan, bergeser
dari pengujian hewan untuk pengujian manusia, dan kemudian melintasi pemerintah
proses review dan sertifikasi kompleks. setiap tahap dapat ditandai dengan
langkah-langkah, seperti hasil (jumlah senyawa yang berhasil lolos ke tahap
berikutnya dibagi dengan jumlah senyawa yang memasuki tahap itu), waktu siklus
(berapa lama senyawa bertahan ditahap itu), dan biaya (berapa banyak yang
dihabiskan untuk pengolahan senyawa di tahap itu). manajer dapat menetapkan
tujuan untuk meningkatkan hasil dan mengurangi kedua kali siklus dan biaya pada
setiap tahap proses pembangunan.
Sebuah
perusahaan elektronik melakukan analisis akar penyebab tingginya dan biaya
proses pengembangan produk barunya. analisis mengungkapkan bahwa nomor satu
penyebab untuk lamanya perangkat baru untuk masuk ke pasar adalah produk yang
gagal berfungsi dengan baik ketika
pertama kali mereka dirancang, dan karenanya harus dirancang ulang dan diuji
ulang, beberapa kali. oleh karena itu, sementara perusahaan mempertahankan
waktu-pasar sebagai ukuran hasil penting bagi proses pengembangan produk,
ditambahnya driver kinerja -mengukur persentase produk yang desain pertama dari
perangkat sepenuhnya memenuhi spesifikasi fungsional pelanggan. Driver kinerja
lain adalah berapa kali desain perlu
diubah, meskipun sedikit, sebelum dirilis untuk produksi. perusahaan memperkirakan
bahwa setiap kesalahan desain biaya yang dikeluarkan $185k. dengan rata-rata
dua kesalahan per produk diperkenalkan, dan dengan 110 produk baru yang
diperkenalkan setiap tahun, jumlah total yang dihabiskan untuk kesalahan desain
adalah sekitar $40 juta, suatu jumlah yang mewakili lebih dari 5% dari
pendapatan. dan ditambahkan ke perhitungan ini harus menjadi nilai penjualan
yang hilang dari pengenalan pasar akhir produk baru yang disebabkan oleh
keterlambatan waktu dalam mendesain ulang produk untuk menghilangkan
kesalahan.
Pengukuran
seperti margin kotor dari produk baru dapat membantu membedakan produk yang
benar-benar inovatif dari ekstensi langsung produk dan teknologi yang ada.
Ukuran lain bisa berasal dari profil saat penjualan dari pengenalan produk
baru. produk tambahan mewakili ekstensi garis sederhana, kemungkinan akan
memiliki hanya beberapa tahun kelangsungan produk, dengan penjualan di tahun
lima sebagian kecil dari penjualan di tahun satu atau dua. produk atau jasa
yang mewakili inovasi radikal harus menikmati siklus hidup yang lebih panjang,
dan rasio yang lebih tinggi dari penjualan beberapa tahun di masa depan untuk
penjualan awal.
Proses Operasi
Proses operasi (lihat
gambar 5-4) merupakan gelombang pendek penciptaan nilai dalam organisasi.
Dimulai dengan penerimaan pesanan pelanggan dan berakhir dengan pengiriman
produk atau layanan kepada pelanggan. Proses ini menekankan efisien, konsisten.
Dan pengiriman tepat waktu dari produk yang ada dan layanan kepada pelanggan
yang sudah ada.
Operasi
yang ada cenderung berulang sehingga teknik manajemen ilmiah dapat segera
diterapkan untuk mengendalikan dan meningkatkan penerimaan pesanan pelanggan
dan pengolahan, dan penjual, produksi, dan proses pengiriman. Secara
tradisional, proses-proses operasi telah dipantau dan dikendalikan oleh
langkah-langkah keuangan, seperti biaya standart, anggaran, dan varians.
Seiring waktu, bagaimanapun, fokus yang berlebihan pada ukuran finansial
seperti efisiensi tenaga kerja, efisiensi mesin, dan harga pembelian varians
menyebabkan tindakan yang sangat disfungsional: menjaga tenaga kerja dan mesin
yang sibuk persediaan bangunan volume pesanan, kualitas buruk, waktu pengiriman
pasti, dan ordereing terputus, menerima , proses faktur, dan koleksi antara
pemasok harga lebih rendah dan pelanggan. Sekarang yang cacat yang terkait
dengan penggunaan ukuran akuntansi biaya tradisional dalam waktu siklus pendek
hari ini, dan berkualitas hight, yang berfokus pada pelanggan, lingkungan telah
cukup didokumentasikan.
Pengaruh, dalam beberapa
tahun terakhir, dari total praktik persaingan kualitas manajemen dan waktu
berdasarkan produsen Jepang terkemuka telah menyebabkan banyak perusahaan untuk
melengkapi biaya dan keuangan pengukuran tradisional mereka dengan pengukuran
kualitas dan siklus waktu. Pengukuran kualitas proses operasi, waktu siklus,
dan biaya telah dikembangkan secara luas selama 15 tahun terakhir. Beberapa
aspek pengukuran ini kemungkinan akan dimasukkan sebagai ukuran kinerja kritis
dalam perspektif internal proses bisnis setiap organisasi. Karena pengukuran
cenderung generik, dan tidak timbul unik dari pendekatan scorecard, kami tunduk
pada lampiran bab ini, pembahasan waktu, pengukuran kualitas, dan kinerja biaya
proses operasi.
Dalam
penambahan pada pengukuran, manajer mungkin ingin mengukur karakteristik
tambahan dari proses mereka, dan produk dan layanan persembahan. Pengukuran tambahan
tersebut bisa berupa pengukuran fleksibilitas, dan karakteristik spesifik
produk atau jasa yang menciptakan nilai bagi pelanggan. Sebagai contoh,
perusahaan dapat menawarkan produk yang unik dan kinerja pelayanan (seperti
dapat diukur dengan akurasi, ukuran, kecepatan, kejelasan, atau konsumsi
energi) yang memungkinkan mereka untuk mendapatkan margin tinggi pada penjualan
untuk segmen pasar yang ditargetkan. Perusahaan yang dapat mengidentifikasi
karakteristik pembeda dari produk dan layanan mereka pasti akan ingin fokus dan
perhatian bahwa pengukuran pada Balanced Scorecard dapat perintah. Tus produk
kritis dan atribut kinerja pelayanan (luar respon tiem, kualitas, dan biaya)
tentu saja dapat dimasukkan ke dalam komponen proses operasi perspektif
internal proses bisnis Balanced Scorecard.
Layanan Purna Jual
Layanan purna jual
merupakan tahap akhir dalam rantai nilai internal, layanan purna jual merupakan
pelayanan kepada pelanggan setelah penjualan produk/jasa dilakukan. Layanan ini
dapat berupa aktivitas perbaikan dan penggantian produk yang rusak, penanganan
garansi serta proses penagihan dan pembayaran pelanggan. Kinerja dalam proses
ini dapat dinilai dengan ukuran waktu, biaya dan kualitas. Dalam hal waktu,
misalnya perusahaan dapat mengukur lamanya siklus penanganan keluhan pelanggan.
Dalam hal biaya, perusahaan dapat mengukur penggunaan sumber daya yang
digunakan dalam layanan purna jual sedangkan dalam hal kualitas, persentase
jumlah produk yang dikembalikan dan banyaknya jumlah keluhan pelanggan, dapat
menjadi ukuran yang tepat. Aspek lain dari layanan purna jual adalah tagihan
dan proses pengumpulan, mengurangi panjang waktu antara penyelesaian proyek dan
pembayaran kas final oleh pelanggan.
Perusahaan yang bergerak
dalam bidang bahan kimia yang sensitif pada bahaya lingkungan mungkin menunjukkan
pengkuruan kinerja kritis yang terkait dengan pembuangan limbah dan produk
sampingan dari proses produksi. Menyadari bahwa hubungan masyarakat yang sangat
baik mungkin menjadi tujuan strategis untuk terus menikmati waralaba untuk
beroperasi, perusahaan menetapkan tujuan, di bawah layanan purna jual, untuk memperbaiki
kinerja lingkungan. Mengukur sebagai limbah dan skrap dihasilkan selama proses
produksi mungkin lebih signifikan dampaknya terhadap lingkungan, dari pada melalaikan
untuk sedikit peningkatan dalam biaya produksi.
Perspektif
Proses Bisnis Internal Secara Spesifik
A. Kenyon Store
Eksekuitf
senior Kenyon membuat sebuah inisiatif tujuan untuk pertumbuhan penjualan 150%
selama lima tahun. Mereka bermaksud untuk mencapai tujuan ini dengan mengadakan
:
1. Citra
merk premium
2. Mode,
desain, dan kualitas barang yang terbaik pada harga yang menarik, dan :
3. Kecepatan,
layanan yang efisien dan persediaan produk yang unggul.
Kenyon
membangun tujuan spesifik pelanggan dan pengukuran untuk atribut produk,
hubungan dengan pelanggan, serta citra dan merk. Untuk menyediakan itu semua
pada tujuan pelanggan, kenyon mengidentifikasikan 5 fokus proses internal
bisnisnya :
1. Brand Manajemen
2. Gaya Kepemimpinan
3. Sumber Kepemimpinan
4. Ketersediaan
barang
5. Pengalaman
berbelanja yang mengesankan
Dua
yang paling utama, brand manajemen
dan gaya kepemimpinan, dapat
menjadi bagian yang dipertimbangkan dari identifikasi proses inovasi dengan mengidentifikasi
serta mempengaruhi kebutuhan pelanggan, dan mengembangkan mode barang untuk
memenuhi kebutuhan mereka. Tiga proses yang terakhir berhubungan dengan proses
operasi terkait dengan mendapatkan barang yang cocok untuk penjualan
dan menyediakan kepada pelanggan “pengalaman berbelanja yang lengkap”. Pada setiap bagian dari sasaran tersebut kembali
dibagi dalam beberapa subsasaran kemudian ditentukan pengukuran yang digunakan.
B.
Metro
Bank
Kemampuan Metro, di dalam
proses interalnya, untuk mengidentifikasi dan menjual kedalam segmen pasar yang
menguntungkan diukur dengan profitabilitasnya dalam segmen pasar yang dituju.
Pengukuran ini diimplementasikan melalui Activity
Based Cost System yang ekstensif. Kemampuan untuk membuat produk baru diukur
dengan persentase pendapatan dari produk barunya. Dan kemampuan untuk
menyampaikan produk melalui saluran distribusi yang diingkan diukur dengan
persentase transaksi yang dilakukan melalui saluran yang bermacam-macam.
Kunci
tujuan perspektif internal adalah karyawan penjual yaitu meningkatkan
produktivitasnya, baik menjual kepada banyak pelanggan di segmen yang dituju
maupun meningkatkan kedalaman hubungan yang bank miliki dengan pelanggan yang
ditujunya. Secara bersama, perspektif internal Metro Bank mengukur kemampuan
bank untuk mengidentifikasi segmen pasar yang menguntungkan, mengembangkan
produk dan jasa baru pada segmen tersebut, menjual produk yang telah ada dan
baru pada pelanggan tersebut, dan melayani pelanggan tersebut dalam cara yang
efisien dan tepat waktu tanpa kerusakan jasa.
C.
Pioneer
Petroleum
Pioneer harus menemukan
tujuan dari 2 tipe pelanggan. Perspektif Internal Pioneer harus menggabungkan
tujuan dan pengukuran yang akan memenuhi ekspektasi dari kedua pengecer bensin
dan pengemudi automobile.Tujuan proses bisnis internal adalah untuk mencapai
hasil berikut ini:
1. Mengembangkan
produk dan jasa baru
2. Mengembangkan
dealer
Tujuan untuk
mengembangkan produk dan jasa baru sekarang ini menggerakkan baik tujuan kepuasan
dealer maupun pelanggan. Pengukuran untuk tujuan tersebut adalah dari
pendapatan non bensin yang termasuk di dalam pendapatan dealer dari jasa toko
yang menyenangkan. Tujuan untuk mengembangkan dealer disempurnakan dengan dua
pengukuran. Pioneer membuat seperangkat peralatan untuk pemasaran
representatif. Template bagi pemasaran representative untuk mengevaluasi
kinerja dari dealer perseorangan dalam tujuh dimensi yaitu: Manajemen keuangan,
Service bays (divisi jasa), Manajemen personalia, Usaha pencucian mobil, Toko
kelontong, Pembelian bensin, Pengalaman membeli yang lebih baik.
Penilaian
tersebut memberikan umpan balik kepada dealer mengenai kesempatan untuk
perbaikan. Untuk konsumen akhirnya, Selain tujuan mengembangkan produk dan jasa
baru, Pioneer mengidentifikasikan sebuah tujuan untuk mempromosikan brand image. Hal tersebut diukur dengan
pangsa pasar dalam wilayah kunci sejauh tiga segmen pasar pengguna yang dituju:
Untuk menilai apakah dealer franchisenya menyampaikan pengalaman pembelian yang
luar biasa kepada konsumen yang dituju. Pioner memperkerjakan pembeli misterius
yang membeli bensin dan snack dan kemudian menghitung skor kualitas dealer yang
dapat dibandingkan dengan kinerja dealer sebelumnya dan untuk mengetahui
keunggulan kompetitif. Skor yang dibuat meliputi 5 area kunci. Pembeli tersebut
menyediakan informasi dan insentif bagi dealer franchise untuk menawarkan
proposi nilai yang akan menarik pengguna.
Proses
Operasi - Pengukuran Waktu, Kualitas dan Biaya
Proses pengukuran waktu
Proposisi
nilai yang disampaikan untuk target pelanggan sering mencakup tanggapan respon
waktu yang singkat sebagai atribut kinerja yang kritis. Perusahaan manufaktur
umumnya memiliki dua cara penyingkatan waktu yaitu efesien dan produktivitas. Banyak perusahaan manufaktur sedang berusaha terkait cara
kedua memuaskan pesanan pelanggan dengan
produksi, Just in time/tepat waktu, mengurangi siklus atau waktu untuk proses
internal. Pemilihan titik awal dan titik akhir ditentukan melalui proses pesanan dimana pengurangan waktu dalam
siklus dicari. Terdapat dua definisi waktu siklus yaitu secaa luas dan sempi. Penyelesaian
dan penyerahan barang yang tepat waktu dianggap sesuatu hal yang dapat
memuaskan konsumen. Apapun definisi yang digunakan, suatu organisasi akan terus
mengukur siklus waktunya dan menetapkan target pada karyawan untuk mengurangi
total siklus waktu. Suatu matrik (pengukuran keuangan) banyak digunakan
organisasi untuk arus proses produksi yang mana just in time merupakan pengefektifan siklus manufaktur. MCE didefinisikan
sebagai berikut:
Waktu selama Proses
MCE
= Waktu Throughput (waktu dari proses
hingga barang dikirim)
Idealnya alur proses
produksi JIT, waktu trhroughput atas tiap bagiannya sama dengan waktu
pengelolahannya. Teori yang mendasari rasio MCE adalah semua waktu, selain
waktu pengolahan yang digunakan untuk inspeksi, pengerjaan ulang barang rusak dan
yang membutuhkan waktu menunggu dan tidak memiliki nilai tambah. Dalam hal
proses produksi Manufacturing
Cycle Effectiveness (MCE) yang
terbaik adalah satu, dengan kata lain waktu yang digunakan oleh perusahaan sama
dengan waktu proses. Apabila MCE ini lebih rendah itu berarti perusahaan
menggunakan sebagian dari waktunya dengan percuma. Penyelesaian dan penyerahan
barang yang tepat waktu dianggap sesuatu hal yang dapat memuaskan konsumen.
Pengkuran Pada Proses Kualitas
Hampir semua organisasi
saat ini memiliki inisitaf terhadap kualitas dan program mutu kualitas program,
sehingga organisasi sudah terbiasa dengan berbagai pengukuran kualitas.
Pengukuran kualitas diarahkan untuk mengetahui apakah program yang sedang
dijalankan oleh perusahaan sudah dijalankan dengan baik. Kalau menggunakan
tolok ukur keuangan, kualitas produk bisa menggunakan biaya mutu yang mencakup
biaya pencegahan, biaya penilaian, biaya kegagalan internal dan biaya kegagalan
eksternal. Termasuk perusahaan jasa Bank Metro, salah satunya untuk mengukur
kualitas jasanya yaitu dengan cara mengembangkan suatu indeks yang dikenal “Trailway to Trolls” untuk
mengindikasikan kekurangan pada proses internal yang menyebabkan ketidakpuasan
pelanggan, berdasarkan pada Indeks tertentu. Tuntutan atas ukuran kualitas yang
dianalogikan dengan rasio MCE, merupakan syarat utama. Beberapa contoh terkait
yaitu:
A. NATIONAL
MOTORS
Pengawas pabrik menekankan transformasi pabrik menjadi sebuah lingkungan yang memberikan total mutu dan just in time. Sebelumnya digunakan mobil pengiriman barang untuk mengirim bahan baku dan bagian pembelian telah dibongkar, telah diganti di dermaga pemuatan di mana truk pengiriman beroperasi beberapa kali sehari. Pabrik telah menerima nilai kualitas yang sempurna saat inspeksi item, namun setelah proses produksi dan mengeluarkan item yang gagal atau kerusakan akibat tidak lolos tes kualitas, kemudian melakukan daur ulang. Pabrik ini masih tetap beroperasi dengan mahal yaitu dengan memeriksa kualitas saat di bukan merancang.
B. NATIONAL ELECTRIC
Mereka tidak pernah mengumpulkan atau menghitung secara statistik berapa produksi yang terjadi tanpa adanya pengerjaan ulang. Mereka terlalu sibuk mencoba untuk meminimalisasikan tenaga kerja yang tidak dibutuhkan dan varians efisiensi mesin untuk merenungkan ukuran untuk produksi tambahan, terutama yang non finansial. Semua orang setuju bahwa mereka tidak akan bertahan lama di bisnis ini tanpa adanya peningkatan yang signifikan pada persentase first pass yield. Dalam 6 bulan, usaha TQM (Total Quality Management) berhasil menaikkan persentase first pass yield. Hal ini mengungkapkan pentingnya penggunaan first pass yield sebagai sebuah ukuran kualitas. Kesuksesan sebuah program kualitas seharusnya tidak diukur dengan kualitas item yang dihasilkan setelah mereka melewati berbagai inspeksi dan pengerjaan kembali. Itu harus diukur dengan penurunan persentase item, pada setiap tahap dari proses produksi, yang tidak sesuai dengan spesifikasi berdasarkan keinginan pelanggan.
Pengukuran Biaya Proses
Sistem Akuntansi biaya tradisional mengukur beban dan efisiensi tugas individu, operasional, atau departemen. Tetapi sistem ini gagal mengukur biaya pada tingkat proses. Hingga sampai munculnya sistem biaya berdasarkan aktivitas, manajer bisa memperoleh pengukuran untuk biaya proses bisnis mereka. Pada umumnya, analisis ABC dapat memungkinkan organisasi untuk mendapatkan pengukuran biaya proses itu, bersama dengan kualitas dan waktu siklus pengukuran, akan memberikan tiga parameter penting untuk mengkarakterisasi proses bisnis internal yang penting. Sebagai perusahaan yang menggunakan baik perbaikan terus-menerus (seperti TQM) atau (seperti kita Rekayasa ulang atau mendesain ulang proses bisnis) dari proses bisnis internal yang penting, yang mana tiga kelompok pengukuran-biaya, kualitas, dan waktu-akan memberikan data apakah tujuan program peningkatan ini sedang dicapai.
BAB VI: PERSPEKTIF PEMBELAJARAN DAN PERTUMBUHAN
Tujuan
keuangan, pelanggan, dan perspektif bisnis
internal mengidentifikasi di
mana organisasi harus unggul untuk mencapai kinerja terobosan. Tujuan dalam
perspektif pembelajaran dan pertumbuhan menyediakan infrastruktur untuk
mencapai tiga tujuan perspektif. Tujuan dalam perspektif pembelajaran dan
pertumbuhan adalah driver untuk mencapai hasil yang sangat baik di tiga pertama
perspektif scorecard. Balance
Scorecard tidak hanya menekankan investasi untuk
perlengkapan baru atau penelitian dan pengembangan produk baru saja tetapi
organisasi harus melakukan investasi di dalam infrastruktur perusahaan itu
sendiri yang terdiri dari orang,
sistem dan prosedur. Dengan kata lain tujuan perspektif
pembelajaran dan pertumbuhan adalah menyediakan infrastruktur (para pekerja,
sistem dan prosedur) sebagai pendorong yang memungkinkan tujuan dan kinerja
yang istimewa dalam tiga perspektif sebelumnya dapat tercapai.. Dalam
perspektif pembelajaran dan pertumbuhan
ada tiga faktor yang harus diperhatikan, yaitu :
§ Kemampuan
pekerja (Employee capabilities)
§ Kemampuan
sistem informasi (Information system capabilities)
§ Motivasi,
Pemberdayaan dan Penyetaraan (Motivation, empowerment, and alignment)
KEMAMPUAN KARYAWAN
Salah
satu perubahan transformasi revolusioner dari pemikiran abad industri ke
pemikiran era informasi dari manajemen baru filosofi dari bagaimana karyawan berkontribusi organisasi,
terkait mulai berkembangnya industri. Kini
hampir semua pekerjaan rutin dilakukan secara otomatis. Operasional Perusahaan
Industri yang dikendalikan komputer telah menggantikan para pekerja untuk
pekerjaan mesin yang rutin, pemerosesan, dan operasi perakitan, dan Perusahaan
Jasa memberi kepada pelanggan mereka akses langsung kepada pemerosesan
transaksi melalui sistem informasi dan komunikasi lanjutan. Selain itu,
melakukan pengulangan atas pekerjaan yang sama pada tingkat efisiensi dan
produktifitas yang sama, tidak lagi cukup untuk keberhasilan organisasi.
Bila ingin tumbuh melebihi kinerja finansial dan pelanggan sekarang ini,
tidak
cukup hanya dengan mematuhi
prosedur operasi standar manajemen puncak. Ide untuk meningkatkan proses dan kinerja bagi para
pelanggan semakin banyak harus datang dari para pekerja front-line (lini depan)
yang paling dekat dengan proses intern dan pelanggan organisasi. Standar di
masa lalu menyediakan garis dasar darimana peningkatkan harus dilakukan secara
kontinyu, namun tidak bisa merupakan standar untuk kinerja sekarang dan yang
akan datang. Peralihan ini menuntut reskilling para pegawai sehingga pikiran dan
kemampuan kreatif mereka dapat dimobilisasi untuk mencapai tujuan oganisasi.
KELOMPOK PENGUKURAN PEKERJA INTI
Kami telah menemukan sebagian besar perusahaan menggunakan tujuan karyawan
diambil dari tiga inti hasil pengukuran. Untuk mendapatkan tujuan yang diharapkan oleh pekerja,
sebagian besar perusahaan
menggunakan tujuan karyawan diambil dari tiga pengukuran:
·
Kepuasan Karyawan
·
Retensi Karyawan
·
Produktivitas Karyawan
Dalam inti ini, tujuan kepuasan karyawan umumnya
dianggap sebagai penggerak dua
pengukuran lain yaitu retensi
karyawan dan produktivitas karyawan.
Mengukur
Kepuasan Karyawan
Sasaran kepuasan karyawan dikenali dengan moral karyawan
dan kepuasan kinerja secara keseluruhan yang saat ini dianggab sangat penting
bagi banyak perusahaan. Kepuasan karyawan adalah sebuah prasyarat untuk
menaikkan produktivitas, responsive, kualitas dan pelayanan pelanggan. Bagi
perusahaan, untuk mencapai level yang tinggi terhadap kepuasaan pelanggan,
mereka mungkin membutuhkan kepuasaan karyawan dalam melayani pelanggan.
Perusahaan secara khusus mengukur kepuasan karyawan
dengan survel tahunan, atau melakukan rolling survey dimana karyawan dipilih
secara acak dengan persentase tertentu setiap bulannya. Elemen dalam survei
kepuasan karyawan mencakup:
1. Melibatkannya
dalam mengambil keputusan.
2. Memberikan
penghargaan atas kinerja yang baik.
3. Akses
informasi yang memadai untuk melakukan kinerja yang baik.
4. Support
level dari para pegawai.
5. Kepuasaan
secara keseluruhan oleh perusahaan.
Mengukur
Retensi Karyawan
Teori pokok dari pengukuran ini adalah perusahaan membuat
investasi jangka panjang terhadap karyawan sehingga apabila terjadi hal yang
tidak diinginkan itu hanya akan menjadi kerugian IC dalam bisnis. Jangka
panjang, karyawan yang setia akan menjaga nilai sebuah organisasi perusahaan,
pengetahuan tentang proses organisasi, dan berharap, kepekaan dalam membutuhkan
pelanggan. Retensi karyawan umumnya diukur dengan persentasi dari key staff
turnover.
Mengukur
Produktivitas Karyawan
Produktivitas
karyawan adalah hasil pengukuran dari dampak agregat dari meningkatkan skill
dan moral karyawan, inovasi, perbaikan proses internal, dan memuaskan
pelanggan. Tujuan ini berhubunagn dengan hasil produksi dari karyawan dan
berapa jumlah karyawan yang digunakan untuk memproduksi output. Ada banyak cara
dimana produktivitas karyawan telah diukur.
Pengukuran produktivitas yang paling sederhana adalah
pendapatan per karyawan. Pengukuran ini memaparkan bagaimana output
meningkatkan daya kerja per karyawan. Pendapatan per karyawan, sederhana dan
mudah untuk dipahami dalam pengukuran produktivitasnya, mempunyai beberapa
keterbatasan, khususnya memiliki banyak tekanan (ambisi) dan untuk mencapai
target.
Salah
satu cara untuk menghindari insentif melakukan outsourcing untuk mencapai
pendapatan yang lebih tinggi per statistik karyawan adalah mengukur nilai
tambah per karyawan, mengurangi pembelian bahan eksternal, persediaan, dan jasa
dari pendapatan di rasio numerator. Modifikasi lainnya, untuk mengendalikan
substitusi lebih produktif dengan karyawan yang dibayar tinggi, adalah untuk
mengukur denominator dengan menggunakan kompensasi karyawan daripada jumlah karyawan.
Rasio output ada untuk pengukuran kompensasi karyawan atas pengembalian
kompensasi, daripada kembali ke jumlah karyawan.
Jika
pengukuran pendapatan per karyawan digunakan untuk mendorong produktivitas yang
tinggi bagi masing-masing individu, maka ia harus seimbang dengan pengukuran
ekonomi yang lain jadi sasaran pengukuran tidak hanya diukur dengan cara
disfungsional.
SITUASI: PENGGERAK KHUSUS
PEMBELAJARAN DAN PERTUMBUHAN
Apabila
perusahaan sudah memilih pengukuran mana yang akan digunakan untuk mengukur
pengukuran inti grup karyawan –kepuasan, retensi, dan produktivitas- perusahaan
harus mengidentifikasi situasi secara khusus. Penggerak yang unik di dalam
perspektif pembelajaran dan pertumbuhan. Kaplan dan Norton telah menemukan
bahwa penggerak cenderung ditarik dari 3 kriteria enablers. Pelatihan ulang
kekuatan kinerja, kapasibilitas sistem informasi, dan motivasi, pemberdayaan,
dan alignment
PELATIHAN KEKUATAN KERJA
Banyak perusahaan membangun balanced
scorecard dibawah perubahan radikal. Karyawan perusahaan harus mengambil
tanggung jawab baru jika bisnis mencapai pelanggan yang diinginkan dan sasaran
proses bisnis internal.
Kita bisa melihat permintaan untuk
pelatihan karyawan dengan dua dimensi: tingkat pelatihan yang dibutuhkan dan
persentas pelatihan kebutuhan kekuatan kerja. Ketika tingkat pelatihan kinerja
rendah, pelatihan normal dan pendidikan akan memelihara kemampuan karyawan.
Dalam kasus ini, pelatihan karyawan tidak menjadi prioritas yang cukup untuk
menempatkan balanced scorecard disebuah organisasi.
Kita
telah melihat beberapa organisasi di industri yang berbeda, mengembangkan
pengukuran baru. Rasio cakupan strategi kerja, untuk sasaran pelatihan. Rasio
ini menafsirkan jumlah kualifikasi karyawan untuk strategi kerja khusus untuk
mengantisipasi apa yang karyawan butuhkan. Kualifikasi pemberian jabatan agar
karyawan dapat memberikan kemampuan untuk mendapatkan fakta-fakta dari
pelanggan dan sasaran proses bisnis internal.
Kemampuan Sistem Informasi
Motivasi dan kemampuan karyawan mungkin
dibutuhkan untuk mencapai rentang target pelanggan dan sasaran proses bisnis
internal, tetapi sepertinya hal ini tidak mencukupi. Jika karyawan ingin
menjadi efektif dilingkungan yang kompetitif seperti ini, mereka membutuhkan
informasi yang baik mengenai pelanggan, proses internal, dan konsekuensi
keuangan atas keputusan mereka
Karyawan bagian depan butuh keakuratan dan
informasi waktu tentang total hubungan pelanggan dengan organisasi. Seperti,
yang Metro Bank lakukan, perkiraan, diperoleh dari aktivitas berbasis analisis
biaya, dari profitabilitas setiap pelanggan.
Sisi operasi pelanggan didalam bisnis
membutuhkan kecepatan, waktu, dan umpan balik yang akurat tentang produk yang
di produksi atau pelayanan yang diberikan. Hanya dengan memperoleh umpan balik
karyawan diharapkan bisa bertahan dalam memperbaiki program dimana mereka
memperbaiki kekurangan dan mengontrol biaya yang melampaui batas, waktu, dan
penggunaan sia-sia di dalam produksi. Beberapa perusahaan telah menetapkan
rasio cakupan strategi informasi. Rasio ini, sejalan dengan cakupan rasio
pekerjaan strategi yang diperkenalkan dalam bagian terdahulu. Pengukuran ketersediaan
strategi informasi dapat diukur dengan kualitas waktu, siklus waktu, dan
ketersediaan biaya dan persentase karyawan bertemu dengan pelanggan untuk
mendapatkan akses informasi tentang karyawan.
MOTIVASI, PEMBERDAYAAN, DAN
PENYESUAIAN
Bahkan
karyawan yang terlatih, menyediakan akses ke informasi, tidak memberikan
kontribusi untuk kesuksesan organisasi jika mereka tidak termotivasi untuk
melakukan tindakan terbaik bagi perusahaan atau jika mereka tidak diberikan
kebebasan untuk membuat keputusan atau mengambil tindakan.
Pengukuran pembuatan saran dan
implementasi
Yang dapat diukur dari
hasil motivasi, pemberdayaan karyawan dibeberapa cara. sederhana, dan digunakan
secara luas. Pengukuran ini memaparkan partipasi yang diberikan karyawan dalam
meningkatkan kinerja organisasi. Sebagai contoh, manajemen senior di suatu
perusahaan kecewa dengan tingkat dan kualitas dari partisipasi karyawan dalam
memberikan saran untuk meningkatkan peluang perusahaan. Karyawan memberikan
inisiatif seperti:
1.
Saran yang diberikan untuk meningkatkan
proses kredibilitas dan kemampuan untuk melihat peluang dimasa depan.
2.
Menggambarkan keuntungan dan peningkatan
yang telah dicapai karena saran dari karyawan, dan
3.
Mengkomunikasikan struktur penghargaan
yang baru untuk saran yang diimplementasikan
Perbaikan
Ukuran
Hasil nyata dari
kesuksesan kesuksesan pengimplentasian saran karyawan tidak dibatasi dengan
penyimpanan biaya yang dialokasikan. Perusahaan juga bisa melihat perbaikan,
seperti pada kualitas, waktu atau kinerja untuk proses pelanggan dan internal
yang khusus.
Dengan menetapkan tingkat
dari kerusakan yang diprediksi untuk dieliminasi dari sistem, manajer dapat
memvalidasi apakah mereka sedang berada pada area yang bisa memberikan mereka
keuntungan untuk tahun berjalan.
Untuk menggunakan
sebagian metrik dari hasil pengukuran untuk saran karyawan dan keterlibatan
didalam proses perbaikan, perusahaan harus:
1. Mengidentifikasi
proses metrik dimana dibutuhkan perbaikan proses.
2. Memperkirakan sebagian prediksi untuk proses
ini, dan
3. Membuat
indek yang akan memaparkan persentasi dari proses yang memperbaiki tingkat
khusus dari sebagian perkiraan.
Pengukuran jumlah saran
telah sukses diimplementasikan dan tingkat perbaikan sebenarnya terjadi di
proses yang penting dan hasil pengukuran untuk organisasi dan sasaran
penyesuaian individu.
Pengukuran individu dan penyesuaian
organisasi
Penggerak kinerja untuk individu dan
penyesuaian organisasi fokus pada apakah departemen dan individu mempunyai
penyesuaian tujuan dengan sasaran perusahaan yang di bahas di dalam Balance
Scorecard. Proses yang tersedia memiliki dua tujuan pokok:
1. Individu
dan organisasi memiliki tujuan sendiri, dan penghargaan, dan juga pengenalan
sistem penyesuaian dengan sasaran untuk mencapai tujuan bisnis.
2. Tim
berdasarkan pengukuran kinerja.
Pengukuran untuk prosedur yang tersedia
berevolusi selama proses pelaksanaan. Pada fase pertama,manajemen senior kontek
dan kerangka kerja Balanced Scorecard.
Setelah prosedur pertama diselesaikan,
Balanced scorecard telah di komunikasikan bersama dengan organisasi, dengan
rencana implementasi khusus. Di fase ketiga, manajemen senior dan eksekutif
menetapkan target khusus untuk pengukuran keuangan dan non keuangan di BSC, dan
untuk menghubungkan pembayaran insentif mereka untuk mencapai target yang
diinginkan.
Organisasi lainnya menelusuri 20 unit
bisnis yang melaporkan langsung ke senior eksekutif yang telah disesuaikan
dengan tujuan BSC. Eksekutif menetapkan jadwal rapat dengan 20 unit bisnis
untuk mendapatkan persetujuan sebagai berikut:
1. Bagaimana
aktivitas inti unit bisnis disesuaikan dengan BSC.
2. Pengembangan
pengukuran untuk aktivitas ini dianggab sukses.
3. Mengkomunikasikan
penyesuaian BSC dari manajer unit bisnis ke karyawan mereka.
4. Penyesuaian
tujuan kinerja individu untuk BSC
Organisasi dapat mengukur tidak hanya
hasil tapi juga indikator jangka pendek tentang apa yang mereka coba
komunikasikan penyesuaian individu dengan tujuan organisasi. Satu perusahaan
survei periodik untuk menilai motivasi dan penggerak karyawan untuk mencapai tujuan
BSC.
Satu organisasi, barang-barang yang
dipakai yang digunakan untuk penelitian pasar untuk meraih umpan balik dari
pemasangan iklan, promosi dan program merchandise, digunakan untuk mengukur
reaksi dari strategi baru.
Survei
mengklasifikan respon karyawan menjadi satu diantara empat level yang
diantisipasi:
Level
yang Diantisipasi
|
Respon
Khusus
|
1. Merk yang
Diantisipasi
|
“Aku
telah mendengar tentang strategi baru dan Balanced Scorecard, tapi itu belum
bisa mempengaruhiku”
|
Level
yang Diantisipasi
|
Respon
Khusus
|
2. Pelanggan
|
“Aku
telah memulai melakukan sesuatu yang berbeda berdasarkan apa yang aku
pelajari dari Balanced Scorecard”
|
3. Merk Pilihan
|
“Hal
baru yang telah aku lakukan. Aku dapat melihat mereka membantuku, pelanggan
kami dan perusahaan”
|
4. Brand Loyalty
|
“Aku
percaya. Aku yakin jika strategi ini adalah strategi yang bagus untuk
dilakukan. Aku seorang pendeta, mencoba mendapatkan sesuatu yang berbeda.
|
Pengukuran
Kinerja Tim
Banyak organisasi menyadari bahwa
target yang ambisius untuk pelanggan dan pemegang saham dibutuhkan proses
bisnis internal. Manajer di organisasi ini biasanya percaya bahwa rentang
target untuk penggerak proses bisnis internal tidak akan bisa diraih hanya
dengan individu sebagai pekerja kerasm kepintaran dan informasi lain, dan diri
mereka sendiri. Didalam perspektif pembelajaran dan pertumbuhan, enam
pengembangan nasional diukur oleh tim pengembang dan tim kinerja:
1. Survei
internal tim
2. Kemajuan-tingkat
pembagian
3. Jumlah
perjanjian bersama
4. Kehilangan
kendali utilisasi
5. Persentasi
bisnis yang dikembangkan oleh tim.
6. Persentasi
tim dengan pembagian insentif.
Organisasi
mengajukan tiga pengukuran untuk kemajuan-aktivitas saham:
1. Persentase
dari semua projek dengan pembagian pendapatan pelanggan.
2. Persentase
projek dimana kemajuan potensi dapat diraih.
3. Persentase
projek dengan insentif tim individu dihubungkan dengan projek yang sukses.
PENGUKURAN
YANG HILANG
Tidak
seperti beberapa pengembangan yang spesifik bagi masing-masing perusahaan yang
kita telah dijelaskan sebelumnya seperti keuangan, pelanggan, dan prespektif
proses bisnis internal, kita dapat memberikan beberapa contoh langkah-langkah
yang lebih spesifik yang digunakan oleh perusahaan untuk perspektif
pembelajaran dan pertumbuhan. Kita telah menemukan bahwa banyak perusahaan
telah memiliki langkah-langkah yang lebih spesifik dan lebih baik untuk tujuan
keuangan, pelanggan, inovasi, serta proses operasi. Tetapi ketika masuk ke
dalam tindakan spesifik mengenai keterampilan karyawan, ketersediaan informasi
strategis, dan keselarasan organisasi, perusahaan telah yakin bahwa hampir
tidak terdapat cara untuk mengukur baik hasil atau driver mengenai kemampuan
ini. Kesenjangan ini mengecewakan karena salah satu tujuan paling penting
ketika mengadopsi serta menggunakan pengukuran scorecard dan kerangka kerja
manajemen adalah untuk mempromosikan pertumbuhan dari kemampuan individu dan
organisasi.
Untuk
saat ini, kita mencatat bahwa tidak adanya langkah-langkah khusus untuk
mengukur keterampilan karyawan, ketersediaan informasi strategis, dan keselarasan
organisasi merupakan indikasi bahwa
perusahaan tidak menghubungkan tujuan strategis dengan kegiatan untuk melatih
ulang para pekerja, penyediaan informasi, dan menyelaraskan tujuan individu,
tim, dan unit organisasi untuk strategi perusahaan jangka panjang. Kita percaya
bahwa tidak adanya langkah-langkah khusus perusahaan untuk prespektif
pembelajaran dan pertumbuhan bukan merupakan kelemahan perspektif ini dalam
Balanced Scorecard. Sebaliknya, itu mencerminkan kemajuan terbatas yang
sebagian besar organisasi telah berusaha menghubungkan karyawan, sistem
informasi, dan keselarasan organisasi dengan tujuan strategis mereka. Kita
berharap akan segera melihat lebih banyak contoh kreatif serta langkah-langkah
khusus untuk perspektif pembelajaran dan pertumbuhan dari perusahaan-perusahaan
yang menerapkan proses manajemen berdasarkan kerangka pengukuran Balanced
Scorecard.
Daripada
mengabaikan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan hingga perusahaan
mengembangkan langkah-langkah penyesuaian ini, kami lebih memilih untuk
menggunakan langkah-langkah generik yang diidentifikasi dalam cakupan pekerjaan
bab-strategis ini, ketersediaan informasi strategis, persentase proses untuk mencapai
tingkat yang ditargetkan dalam perbaikan, dan persentase pedoman karyawan yang selaras
untuk tujuan strategi BSC. Langkah-langkah generik yang mengidentifikasi
kesenjangan dalam kemampuan organisasi, dan juga berfungsi sebagai penanda
sampai manajer dan karyawan dapat mengembangkan langkah-langkah lebih
disesuaikan dan spesifik.
PENGUKURAN SEBAGAI PENILAIAN
Pendekatan tambahan yang
disarankan oleh Michael Beer, berdasarkan penelitian strategisnya mengenai
sumber daya manusia dan manajemen, adalah mengganti teks pengukuran jika
pengukuran yang sekarang digunakan sedang dikembangkan atau tidak tersedia. Seringkali,
biasanya setiap tiga bulan sekali manajer perusahaan melakukan tinjauan
strategis dari proses pengembangan sumber daya manusia ini, manajer kunci
menulis satu atau dua halaman memorandum yang menjelaskan menjelaskan tindakan
yang akan diambil selama periode tertentu, hasil yang ingin dicapai, serta
keadaan dan kemampuan sumber daya manusia organisasi saat ini. Memorandum ini
digunakan sebagai pengganti teks pengukuran guna mendiskusikan dan memutuskan
langkah-langah yang akan dilakukan perusahaan serta hasil yang telah dicapai. Teks
memorandum dapat memberikan dasar yang nyata untuk akuntabilitas periodik,
review, umpan balik, serta pembelajaran. Laporan yang dihasilkan teks memorandum
dapat berfungsi sebagai tanda bahwa kesenjangan dalam pengukuran memang ada.
Tanda ini mengingatkan eksekutif untuk terus mengukur tujuan strategis, dan
untuk mengembangkan sistem pengukuran yang tersedia sebagai dasar untuk
melakukan komunikasi dan mengevaluasi tujuan dalam mengembangkan kemampuan
karyawan, sistem informasi, dan unit organisasi.
BUKU SUMBER
Kaplan, Robert S., & Norton, David P.,
Translating Strategy into Action: The Balanced Scorecard, Boston,
Massachusetts: Harvard Business School Press (1996).