Audit Siklus Akuisisi dan Pembayaran: Pengujian Pengendalian. Pengujian Substansif atas Transaksi, dan Utang Usaha
rohmafrida@gmail.com
Tujuan
1: Identifikasi akun dan kelas transaksi dalam siklus akuisisi dan pembayaran
Terdapat
tiga kelas transaksi yang dimasukkan dalam siklus akuisisi dan pembayaran yaitu
akuisisi barang dan jasa, pengeluaran kas, retur dan pengurangan pembelian
serta diskon pembelian.
Tujuan
2: Fungsi bisnis dalam siklus serta dokumen dan catatan yang terkait.
Ø Fungsi
bisnis dalam siklus akuisisi dan pembayaran antara lain:
1. Memproses
pesanan pembelian: merupakan titik awal bagi siklus akuisisi dan pembayaran.
Dokumen yang digunakan antara lain permintaan dan pesanan pembelian.
2. Menerima
barang dan jasa: penerimaan barang dan jasa dari vendor oleh perusahaan
merupakan titik kritis dari siklus karena merupakan dimana perusahaan mulai
mengakui akusisi dan kewajiban terkait pada catatannya. Dokumen yang digunakan
dan terkait dengan transaksi ini yaitu laporan pengiriman
3. Mengakui
kewajiban: pengakuan kewajiban yang tepat atas penerimaan barang dan jasa memerlukan
pencatatan yang tepat dan akurat. Dokumen dan catatan umum yang terkait
meliputi: faktur vendor, memo debet, voucher, file transaksi akusisi, jurnal
akusisi atau listing, file induk utang usaha, neraca saldo utang usaha, laporan
vendor.
4. Memproses
dan mencatat pengeluaran kas: pembayaran atas pembelian barang dan jasa merupakan aktivitas yang signifkan bagi semua
entitas. Dokumen yang terkait dengan proses pengeluaran kas yang dipaksa
auditor antara lain: cek, file transaksi pengeluaran kas, jurnal atau listing
pengeluaran kas.
Ø Akun-akun
laporan keuangan terkait siklus akuisisi antara lain: persediaan, properti,
pabrik, peralatan, beban dibayar dimuka, perbaikan leasehold, utang usaha,
beban manufaktur, beban penjualan, beban administratif.
Ø Akun-akun
laporan keuangan terkait siklus penjualan antara lain: kas di bank, utang usaha
dan diskon pembelian.
Tujuan
3: Metodologi untuk merancang pengujian pengendalian dan pengujian substantif
atas transaksi.
Ø Pengujian
pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi merupakan hal yang penting
untuk memverifikasi efektivitas pengendalian internal sehigga auditor dapat
mengurangi pengujian atas rincian saldo maka waktu bersih yang dapat di hemat
sangatlah besar.
Ø Pengujian
pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi untuk akusisi serta
pembayaran dibagi ke dalam dua bidang yang luas:
1. Pengujian
akusisi meliputi fungsi bisnis: memproses pembelian, menerima barang dan jasa,
serta mengakui kewajiban.
2. Pengujian
pembayaran menyangkut fungsi bisnis memproses dan mencatat pengeluaran kas.
Ø Tahap-tahap
dari metodologi untuk merancang pengujian pengendalian dan pengujian substantif
atas transaksi untuk siklus akusisi serta pembayaran adalah sebagai berikut:
a. (Tahap
1) Memahami pengendalian internal: auditor harus memahami pengendalian internal
untuk siklus akusisi dan pembayaran sebagai bagian dari pelaksanaan prosedur
penilaian risiko dengan mempelajari bagan arus klien, mereview kuisioner pengendalian
internal, pengujian walkthrough untuk
transaksi akuisisi dan pengeluaran kas.
b. (Tahap
2) Menilai risiko pengendalian yang direncanakan: pengendalian internal kunci
fungsi bisnis merupakan hal yang sangat penting terkait penilaian risiko
pengendalian yang direncanakan, hal yang dilakukan antara lain mencakup:
I. Otorisasi
pembelian: untuk memenuhi tujuan perusahaan, menghindari akusisi item yang
berlebihan atau tidak diperlukan.
II. Pemisahan
penyimpanan aktiva dan fungsi lainnya barang harus dikendalikan secara fisik,
personil antar departemen terkait harus independen dari personil ruang
penyimpanan dan departemen akuntansi.
III. Pencatatan
yang tepat waktu dan review independen atas transaksi: Menandingkakan dokumen
dan memverifikasi keakuratan faktur. Perlu adanya pemisahan tugas, dokumen
catatan yang memadai, prosedur yang tepat untuk menyimpan catatan, pengecekan
independen atas kinerja merupakan hal-hal penting dalam utang usaha. Departemen
utang usaha juga harus memperhitungkan semua laporan penerimaan untuk
memastikan bahwa tujuan kelengkapan dipenuhi.
IV. Otosisasi
pembayaran: merupakan langkah pengedalian yang paling penting terhadap
pengeluaran kas.
c. (Tahap
3) menentukan luas pengujian pengendalian: luas pengujian pengendalian
ditentukan oleh ketergantungan yang direncanakan pada pengedalian. Untuk
perusahaan publik, pengujian harus cukup untuk menerbitkan opini mengenai
pengendalian internal terhadap pelaporan keuangan.
d. (Tahap
3) merancang pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi
untuk akuisisi: efesiensi audit yang signifikan dapat dicapai pada banyak audit
apabila pengendalian beroperasi secara efektif. Terdapat empat tujuan audit
berkaitan dengan transaksi yang harus terpenuhi yaitu akuisisi yang dicatat
adalah untuk barang dan jasa yang diterima konsisten dengan kepentingan utama
dari klien (keterjadian), akuisisi yang telah dicatat (keterlengkapan),
akuisisi telah dicatat secara akurat (keakuratan), akusisi telah
diklasifikasikan dengan benar.
e. (Tahap
3.1) merancang pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi
untuk pengeluaran kas: auditor melakukan pengujian akuisisi dan pengeluaran kas
pada saat bersamaan. Sehingga, verifikasi dapat dilakukan secara efisien tanpa
mengurangi keefektifan pengujian.
f. (Tahap
3.2) sampling atribut untuk pengujian pengendalian dan pengujian substantif
atas transaksi: sebagian besar akun terkait dalam siklus ini termasuk akun pada
laba rugi dan neraca, sehingga dapat meningkatkan pontesi salah saji serta
transaksi dalam siklus ini menuntut petimbangan yang signifikan,. Sehingga
auditor sering mengurangi tingkat pegecualian yang dapat ditoleransi terutama
untuk atribut klasifikasi dan keakuratan. Jumlah uang setiap transaksi
mencakup rentang yang luar biasa, sehingga auditor sering memisahkan item yang
bernilai besar dan tidak biasa serta mengujinya atas dasar 100 persen
Tujuan
4: Metodologi untuk merancang pengujian atas rincian saldo utang usaha
Sebagian besar
transaksi dalam siklus akuisisi dan pembayaran umumnya mengalir melalui utang
usaha. Utang usaha cenderung material bagi sebagian besar perusahaan, auditor
hampir selalu melaksanakan pengujian atas rincian saldo. Berikut metodologi
untuk merancang pengujian atas rincian saldo utang usaha.
a. (Tahap
1) mengidentifikasi risiko bisnis klien yang mempengaruhi utang usaha: auditor
harus memahami sifat perubahan sistem untuk mengidentifikasi risiko bisnis
klien dan pengendalian manajemen yang terkait mempengaruhi kemungkinan salah
saji material dalam utang usaha.
b. (Tahap
2) menetapkan salah saji yang dapat di toleransi dan menilai risiko inheren:
Auditor umumnya menetapkan salah saji yang dapat ditoleransi yang relatif
tinggi atau sedang untuk utang usaha.
c. (Tahap
1 dan 2) menilai risiko pengendalian dan merancang serta melaksanakan pengujian
pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi.
Tujuan
5: Merancang dan melaksanakan prosedur analitis
d.
(Tahap 3) merancang dan melaksanakan
prosedur analitis untuk utang usaha: berguna untuk mengungkapkan bidang di mana
penyelidikan tambahan memang diperlukan. Auditor dapat membandingkan total
tahun berjalan dengan tahun sebelumnya untuk mengungkap salah saji akun usaha
serta akun beban, hal ini merupakan prosedur efektif jika beban dari tahun ke
tahun diharapkan relati stabil.
Tujuan
6: Merancang dan melaksanakan pengujian atas rincian saldo utang usaha
e. (Tahap
3) merancang dan melaksanakan pengujian atas rincian saldo utang usaha termasuk
pengujian kewajiban setelah periode: Terdapat hal perlu diperhatikan pengujian
atas rincian saldo utang usaha termasuk pengujian kewajiban sebagai tiga
modifikasi kecil antara lain: tujuan nilai realisasi tidak dapat diterapkan
dalam kewajiban, aspek hak dalam tujuan hak dan kewajiban tidak dapat
diterapkan pada kewajiban, kewajiban, penekanan diberikan pada pencarian kurang
saji dan bukan lebih saji.
Terkait
tiga modifikasi tersebut beberapa hal yang perlu dilakukan dalam tujuan audit
yaitu pengujian kewajiban setelah periode untuk mencapai tujuan keakuratan,
memeriksa dokumentasi yang mendasari pengeluaran kas selanjutnya, memeriksa
dokumentasi yang mendasari untuk tagihan yang belum dibayar beberapa minggu
setelah akhir tahun, menelusuri laporan penerimaan yang dikeluarkan sebelum
akhir tahun ke faktur vendor terkait, menelusuri laporan vendor yang
menunjukkan saldo yang jatuh tempo ke neraca saldo utang usaha, mengirim
konfirmasi ke vendor dengan siapa klien melakukan bisnis, pengujian pisah
batas, hubungan pisah batas dengan observasi fisik pengendalian, persediaan
dalam perjalan.
Tujuan
7: Perbedaan reliabilitas faktur vendor, laporan vendor dan konfirmasi utang
usaha sebagai bukti audit.
Ø Faktur
vendor: berisikan rincian dari transaksi yang dilakukan saat akuisisi (rincian
akusisi)
Ø Laporan
vendor: disipkan oleh vendor dan diberikan kepada perusahaan yang berisikan
total jumlah transaksi tanpa mencantumkan unit yang diperoleh, harga, ongkos
angkut dan data lainnya yang tidak dicantumkan.
Ø Konfirmasi
utang usaha: respon atas permintaan konfirmasi utang usaha berisi total jumlah
transaksi, berupa laporan tersendiri yang dikirimkan langsung ke kantor akuntan
publik oleh vendor.
Ø Ketika
menerima konfirmasi atau memeriksa laporan vendor auditor harus melakukan
rekonsiliasi laporan atau konfirmasi daftar utang usaha, dokumen yang umumnya
digunakan termasuk laporan penerimaan, faktur vendor, dan cek yang dibatalkan.
Ø Ukuran
sampel untuk pengujian utang usaha bervariasi. Jika pengendalian internal klien
lemah, yang bukan merupakan hal yang umum untuk utang usaha, hamprr semua item
populasi harus diverifikasi.
Ø Sampling
statistik jarang digunakan, penentuan ukuran sampel untuk utang usaha jauh
lebih sulit dari piutang usaha. Auditor harus berusaha memastikan bahwa
populasi melibatkan semua utang yang potensial.
REFERENSI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar